Senin, 05 November 2018

laporan horti acara 1


LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA
ACARA 1 & 5
KUALITAS PRODUK TANAMAN HORTIKULTURA SERTA
KRITERIA PANEN DAN BAGIAN EKONOMIS TANAMAN HORTIKULTURA




Nama                  : Sholikhatin
NPM                   : E1J015010
Shift                    : Kamis (10:00 –12:00)
Coas                    : Rizki Melia N
Dosen                 : Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc.
                          

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
 Hortikultura adalah ilmu dan seni memproduksi, memperbaiki, pemasaran, dan menggunakan buah-buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias. Ini berbeda dari botani dan ilmu tanaman lain, pada hortikultura yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan estetika.  Produksi dan konsumsi buah-buahan dan sayuran berkualitas tinggi memungkinkan kita untuk menjaga, makanan sehari-hari yang sehat dan seimbang. Bunga dan tanaman hias memperkaya rumah dan masyarakat kita, dan berkontribusi untuk rasa kita. Dampak hortikultura dalam kehidupan kita sehari-hari dengan menyediakan buah-buahan dan sayuran bergizi, menawarkan kenikmatan visual, dan mendorong kegiatan rekreasi.
Panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan lain.
Komoditas yang di panen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pascapanen yang bagaimana yang sebaliknya dilakukan. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”. Cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungkan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
1.2.  Tujuan
1.        Mahasiswa mendapat berbagai jenis sayur dan buah yang digunakan bersama
2.        Setiap mahasiswa membuat tugas sendiri-sendiri
3.        Mengukur kadar air beberapa produk sayur dan buah
4.        Mengukur kadar bahan terlarut (soluble solute content) beberapa buah
5.        Mengenal tingkat kematangan buah dari pengamatan visual dan pengukuran manual.
6.        Menghubungkan kualitas produk antara pengamatan visual dan pengukuran manual dengan pengukuran laboratorium.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Panen dan pascapanen dalam sistem agribisnis pada tahun 1979 dinyatakan oleh FAO sebagai masalah besar kedua (Second Generation Problem) karena terjadi kehilangan hasil yang besar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam proses penyediaan pangan. Sejak awal tahun 2000 terkait dengan ketersediaan pangan, masyarakat menuntut sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang lebih baik. Hal tersebut tertuang dalam kesepakatan-kesepakatan di berbagai forum dunia, seperti Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organisation (WTO) (Permentan, 2013).
Hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu : menentukan waktu panen yang tepat dan melakukan penanganan panen yang baik. Menentukan waktu panen yang tepat, yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakuakan berbagai cara, yaitu : Cara visual/penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seprti daun mengering dll. Cara Fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik, dll. Cara Komputasi : misal menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar. Cara Kimia : misal melakukan pengukuran/analisi kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komoditas, seperti : kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma, dll (Vademekum Hortikultura, 2001).
Kesadaran masyarakat pada mutu (quality) dan keamanan pangan (food safety) menjadi tuntutan konsumen yang harus dipenuhi oleh para produsen pangan. Terkait dengan hal tersebut, maka para pelaku usaha hortikultura dituntut untuk dapat menyampaikan produk tersebut sesegera mungkin ke tangan konsumen dengan mutu dan kandungan nutrisi yang ada di dalamnya agar dapat dikonsumsi secara maksimal. Selain itu konsumen juga menuntut produk pertanian yang dihasilkan harus ramah lingkungan (environmentally save) serta mensejahterakan, dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja (Sukarman dan G. Susilowati, 2004)..
Mutu suatu tanaman hortikultura ditentukan pada bagian ekomomisnya. Bagian tanaman yang dinyatakan bernilai ekonomis adalah bagian yang dikonsumsi atau menjadi objek jual beli suatu tanaman. Bagian ekonomis suatu tanaman hortikultura menyebar menyeluruh dari akar hingga daun. Bagian ini pada saat panen dikelola dengan baik dengan tujuan mempertahankan kwalitas dan kuantitas hasil sesuai kebutuhan pasar (Sumarno, 2004).
Produk hortikultura merupakan komoditi yang mempunyai potensi ekonomi bagi masyarakat Indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi produk hortikultura menjadi sangat penting.(anonim,2014)
Tanaman yang digoongkan ke dalam tanaman hortikultura sangat luas dan beragam, namun bila di lihat ciri-ciri produknya terdapat banyak kesamaan pokok yakni:
 Produk hortikultura mudah rusak (perishable) bila disimpan tanpa
v perlakuan khusus, misalnya dengan perlakuan suhu rendah (4°) atau pelapisan lilin, karena dipanen dalam bentuk segar.
 Komponen utama produk ditentukan oleh kandungan air (water content) , dan bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter) karena konsumsinya dalam keadaan segar.
 Ketersediaan produk, terutama dari kelompok buah-buahan, bersifat musiman dan meruah (voluminuous atau bulky) pada saat panen, terutama pane raya, sehingga mempersulit penanganan dan pengangkutannya. Harga produk ditentukan oleh kualitas, bukan oleh kuantitas.Tubuh manusia membutuhkan konsumsi tanaman hortikultura dalam jumlah
v yang sedikit namun apabila tidak dipenuhi maka akan berdampak buruk pada kesehatan.
 Produk hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral, dan bukan diutamakan sebagai sumber protein dan karbohidrat.(anonim,20110)


BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan Dan Alat
Bahan : Berbagai buah dan sayur, alumunium foil, air aquades,tissue, kangkung, bawang putih, bawang merah, sawi caisim, kacang panjang, bayam, seledri, kol, terong, wortel, cabai, wortel, mangga, melon, dan alpukat.
Alat : oven, timbangan digital, gelas ukur, gelas beaker, mortar, pestel, spatula, pipet, handfractometer, handpenetrometer, alat tulis.

3.2 Prosedur Kerja
A. Pengukuran Kadar Air
1.      Menimbang masing-masing jenis sayur dan buah segar yang disediakan sebanyak 50 g.
2.      Membungkus masing-masing produk dan memberi lebel.
3.      Setiap jenis produk diulang sebanyak 3 kali.
4.      Mengoven sampel pada suhu 700oC
5.      Menimbang secara berkala hingga diperoleh bobot konstan. 
                Ka=kadar air, bs=bobot segar, bk=bobot kering
B. Pengukuran Kandungan Bahan Terarut
1.      Menyiapkan gelas ukur
2.      Menyiapkan cairan buah yang diukur. Pada buah-buah yang kurang berair seperti pisang atau alpukat dapat dimasukkan daging buah yang telah dilumatkan sebanyak 2 -3 ml kemudian tambahkan air aquades sebanyak volume daging buah.
3.      Menyiapkan alat handrefractometer. Kalibrasikan alat dengan meneteskan aquades dengan mengunakan pipet. Membaca pada harus menunjukkan angka nol.
4.      Mencatat hasil yang diperoleh.
C. Pengukuran Tingkat Kekerasaan Buah
1.      Menyiapkan buah yang akan diukur
2.      Menyiapkan alat handpenetrometer,set alat pada angka nol.
3.      Menekan handpenetrometer pada permukan buah pada 3 tempat yang berbeda. Mencatat masing-masing hasil pengukuran yang diperoleh.
D. Pengukuran Kematangan & Kualitas dengan Organoleptik, Visual, dan Manual.
1.      Mengamati secara visual cir-ciri buah dan sayur (warna, segar/tidak segar, berbintik dsb). Mencatat dalam tabel
2.      Menekan secara manual dengan jari untuk mengamati kekerasan buah, mematahkan daun, menepuk dsb sesuai jenis buah atau sayur.
3.      Membelah buah memanjang dan mengamati secara visual.
4.      Secara organoleptik dapat mencicipi buah kemudian mencatat rasa (manis, hambar, sepat, kelat dsb)
3.2  Cara Kerja
1.      Mahasiswa mendapat berbagai jenis sayur dan buah yang digunakan bersama
2.      Mahasiswa membuat tugas mandiri dengan mengamati bagian ekonomis tanaman hortikultura
3.      Mengamati bagian ekonomis tanaman hortikultura yang disediakan
4.      Mengelompokkan sayuran berdasarkan bagian tanaman (sayur akar, sayur daun, bunga, atau buah)
5.      Menuliskan kriteria panen yang meliputi : warna, kekerasan, fase perkembangan, tekstur produk, aroma, dan kelompok sayuran.















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Kadar air
Buah/sayur
berat basah (g)
berat kering (g)
kadar air (%)
Tomat
27,36
4,91
82,05
Kangkung
5,94
0,59
90,06
Wortel
2,34
0,21
91,02
Terong
1,72
0,07
95,93
Bayam
0,7
0,04
94,28
Bombai
5,67
0,76
86,59
Semangka
13,67
1,07
92,17
Melon
9,49
0,54
94,30
Pisang
8,65
1,95
77,45
Labu
5,84
0,51
91,26
Pokat
8,84
1,58
82,12
Mangga
7,63
1,42
81,38

Tabel 2. Kemanisan Buah
Buah
Kemanisan (brix)
Tomat
9
Melon
7
Mangga
15
Semangka
10





Tabel 3. Tingkat Kekerasan Buah
Buah
Tingkat Kekerasan (ibf/ft2)
Melon
6833,3
Pisang
1833,3
Mangga
3733,3
Alpukat
2066,6
Semangka
5066,6

Tabel 4. Pengamatan Visual kualitas produk hortikultura
Sayur/Buah
Warna
Aroma
Tekstur
Keterangan
Terong
Ungu Pekat
-
Lembek
Terong memilki kualitas sudah tidak bagus lagi, dengan warna tidak menarik lembek dan mulai mengkerut
Wortel
Orange muda
-
Keras
Wortel Memilki kualitas kurang baik, ditinjau dari warna yang masih ada hijaunya, juga bentuknya tidak menarik.
Tomat
Merah keorenan
-
Lunak
Tomat memilki kualitas kurang baik, dengan tekstur yang mulai lunak dan ukuran kecil
Labu siam
Hijau

Keras
Labu siam memilki kualitas rendah, dengan panen yang tidak pada saatnya dan masih keras.
Bayam
Hijau

Layu
Bayam memilki kualitas rendah, karena sudah dalam keadaan layu dan tidak segar.
Kangkung
Hijau

Layu
Kangkung memiliki kualitas rendah dengan keadaan layu dan kurang kadar air.
Bombai
Coklat gold

Keras
Bombai memilki kualitas cukup bagus dengan warna dan teksturnya, namun bentuk yang tidak normaldan ukuran masih kecil.
Melon
Hijau pucat
Aroma tidak tercium kuat
Lunak
Buah dalam keadaan kualitas rendah, karena sudah tidak keras lagi dan buah sudah terlalu lama disimpan.
Pisang
Kuning kehitaman
Wangi
Lunak
Pisang kualitsanya sudah tidak bagus, karena buah sudah terlewat matang sehingga warna menjadi kehitaman dan tekstur lebih lunak.
Mangga
Kuning dengan bintik hijau
Tidak tercium
Lembek
Buah kualitasnya sudah tidak bagus karena teksturnya sudah sangat lembek dan warna tidak menarik.
Alpukat
Ungu kehitaman
Tidak tercium
lembek
Kualitas buruk, buah sudah terlewat matang dan warnanya tidak menarik.
Semangka
Hijau tua
Tidak tercium
keras
Kualitas bagus, namun ukuran belum maksimal
 Kriteria Panen Hortikultura
  1. Warna
  2. Tingkat kekerasan
  3. Fase perkembangan
  4. Tekstur produk
  5. Aroma

4.1 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan kualitas produk hortikultura baik sayuran maupun buah. Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat keadaan buah dan sayuran, mengukur tingkat kemanisan, kadar air dan kekerasan buah dengan mengunakan alat.
            Kriteria pemanenan pada tanaman berbeda beda. Kriteria ini dapat dianalisis megunakan berbagai cara mulai dari yang sederhana hingga komplek dan agak rumit. Kriteria ini secara umum dapat kita lakukan secara manual maupun analisis. Kriteria yang paling sederhana adalah pengamatan warna dan aroma. Kriteria lain yang dijadikan sebagai penentu panen adalah kekerasan, fase yang telah dilalui, dan tekstur dari produk tersebut.
            Warna dijadiakan sebagai penciri dalam panen produk hortikultura sebab pada indikator ini langsung menunjukkan symtom yang berupa perubahan dari satu warna ke warna yang lain. Tanda ini dapat kita amati secara visual pada produk yang masih dilapang dan yang sudah dipanen akan nampak jelas gradien pembeda keduanya. Symtom panen berdasarkan warna ini menjadi perioritas utama dalam budidaya dikalangan petani. Penentuan warna biasanya ditentukan dengan gradien yang telah gunakan dari generasi ke generasi sebagai indikator utama.
            Selayaknya warna pada indikator aroma pada produk tertentu dalam komoditi hortikultura akan mengalami perubahan. Perubahan ini merupakan ciri yang sangat mudah digunakan sebagai pembeda dari tingkat kesiapan panen suatu produk. Produk- produk dengan aroma khas akan mengeluarkan symtom bahwa telah siap panen atau belum. Perubahan aroma pada tanaman hortikutura akan diikuti perubahan kekerasan. Kesiapan panen dalam produk hortikultura biasanya dengan penurunan tingkat kekerasan. Aktivitas fisiologi pada tahap ini akan tefokus merubah pati menjadi amilase pada produk utama.
            Panen produk hortikultura difokuskan pada bagian ekonomisnya, dalam hal ini fase pertumbuhan pada bagian tersebut sangat diperhatikan. Pemanen pada bagian ekonomi akan ditentukan oeh tujuan pemanen tersebut akan dimanfaatka. Nilai ekonomis dalam produk hortikultura akan beragam pada berbagai organ tanaman. Nilai ekonomis yang diperoleh dari tanaman ini bervariasi sesuai kualitas produk.




BAB V
PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
1.      Kriteria panen hortikultura ditentukan banyak faktor dan sesuai kebutuhan pengelolaan hasil produk tersebut.
2.      Bagian ekonomis dalam produk hortikultura bervariasi sesuai jenis produk tersebut.

5.2.  Saran
            Sebaiknya praktikan memerhatikan seluruh keterangandan arahan yang dsampaikan oleh  Coass sehingga seluruh informasi dapat diperoleh secara lengkap.  dan nilai ekonomis berbagai komoditi hortikultura  agar pengetahuannya mengenai hal ini lebih lengkap.                                                             .




















DAFTAR PUSTAKA

Permentan. 2013. Pedoman Panen, Pascapanen, Dan Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura Yang Baik.Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta
Sukarman dan G. Susilowati, 2004. Buku Hortikultura Th. 2003. (Horticulture Year Book). Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta. 400p.
Sumarno, 2004. Potensi dan peluang usaha agribisnis buah tropika dalam era pasar bebas. hal1-14. Dalam: Roesmijanto et al (eds): Prospek sub sektor pertanian menghadapi era AFTA. Prosiding Seminar. Badan Litbang Pertanian, Bogor. 647p.
Vademekum Hortikultura. 2001. Kajian Pengelolaan Pasca Panen Hasil Pertanian. Direktorat Hortikultura, Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
Anonim. 2014. http://www.scisi.co.id/scisi/commodity/index/28. diakses pada tanggal 13
maret 2014.
diakses tanggal 13 maret 2014.
Handajaningsih,marakati.dkk. 2014. Penuntun Praktikum Hortikultura. Fakultas Pertanian
Universitas bengkulu. Bengkulu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar setelah melihat blog, setidaknya ucapkan terimakasih setelah anda mengcopas artikel saya

LAPORAN TPTH JAGUNG MANIS

  LEMBAR PENGESAHAN Pengaruh beberapa tingkat dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis Oleh SHOL...