LAPORAN
PRAKTIKUM HORTIKULTURA
ACARA
1 & 5
KUALITAS PRODUK TANAMAN HORTIKULTURA SERTA
KUALITAS PRODUK TANAMAN HORTIKULTURA SERTA
KRITERIA
PANEN DAN BAGIAN EKONOMIS TANAMAN HORTIKULTURA
Nama :
Sholikhatin
NPM :
E1J015010
Shift :
Kamis (10:00 –12:00)
Coas :
Rizki Melia N
Dosen :
Dr.
Ir. Catur Herison, M.Sc.
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hortikultura
adalah ilmu dan seni memproduksi, memperbaiki, pemasaran, dan menggunakan buah-buahan,
sayuran, bunga, dan tanaman hias. Ini berbeda dari botani dan ilmu tanaman
lain, pada hortikultura yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan estetika. Produksi dan konsumsi buah-buahan dan sayuran
berkualitas tinggi memungkinkan kita untuk menjaga, makanan sehari-hari yang
sehat dan seimbang. Bunga dan tanaman hias memperkaya rumah dan masyarakat
kita, dan berkontribusi untuk rasa kita. Dampak hortikultura dalam kehidupan
kita sehari-hari dengan menyediakan buah-buahan dan sayuran bergizi, menawarkan
kenikmatan visual, dan mendorong kegiatan rekreasi.
Panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya.
Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai
berakhirnya kegiatan di lahan. Istilah ini memiliki arti yang lebih luas,
karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek usaha
tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara kultural, panen
dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan
lain.
Komoditas yang di panen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur
tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang pendeknya jalur tataniaga
tersebut menentukan tindakan panen dan pascapanen yang bagaimana yang
sebaliknya dilakukan. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah
mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat,
dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang
“rendah”. Cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungkan, disesuaikan dengan
kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang
rendah.
1.2. Tujuan
1.
Mahasiswa mendapat berbagai jenis sayur
dan buah yang digunakan bersama
2.
Setiap mahasiswa membuat tugas
sendiri-sendiri
3.
Mengukur kadar air beberapa produk sayur
dan buah
4.
Mengukur kadar bahan terlarut (soluble solute content) beberapa buah
5.
Mengenal tingkat kematangan buah dari
pengamatan visual dan pengukuran manual.
6.
Menghubungkan kualitas produk antara
pengamatan visual dan pengukuran manual dengan pengukuran laboratorium.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Panen dan pascapanen dalam sistem agribisnis pada tahun 1979 dinyatakan
oleh FAO sebagai masalah besar kedua (Second Generation Problem) karena
terjadi kehilangan hasil yang besar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dalam proses penyediaan pangan. Sejak awal tahun 2000 terkait dengan
ketersediaan pangan, masyarakat menuntut sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan yang lebih baik. Hal tersebut tertuang dalam kesepakatan-kesepakatan di
berbagai forum dunia, seperti Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade
Organisation (WTO)
(Permentan, 2013).
Hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada
pemanenan, yaitu : menentukan waktu
panen yang tepat dan melakukan penanganan panen yang baik. Menentukan waktu
panen yang tepat, yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan
saat panen yang sesuai, dapat dilakuakan berbagai cara, yaitu : Cara
visual/penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran,
perubahan bagian tanaman seprti daun mengering dll. Cara Fisik : misal dengan
perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik, dll. Cara Komputasi :
misal menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga
mekar. Cara Kimia : misal melakukan pengukuran/analisi kandungan zat atau
senyawa yang ada dalam komoditas, seperti : kadar gula, kadar tepung, kadar
asam, aroma, dll (Vademekum Hortikultura, 2001).
Kesadaran masyarakat pada mutu (quality) dan keamanan pangan (food
safety) menjadi tuntutan konsumen yang harus dipenuhi oleh para produsen
pangan. Terkait dengan hal tersebut, maka para pelaku usaha hortikultura
dituntut untuk dapat menyampaikan produk tersebut sesegera mungkin ke tangan
konsumen dengan mutu dan kandungan nutrisi yang ada di dalamnya agar dapat
dikonsumsi secara maksimal. Selain itu konsumen juga menuntut produk pertanian
yang dihasilkan harus ramah lingkungan (environmentally save) serta
mensejahterakan, dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja (Sukarman
dan G. Susilowati, 2004)..
Mutu suatu tanaman hortikultura ditentukan pada bagian ekomomisnya.
Bagian tanaman yang dinyatakan bernilai ekonomis adalah bagian yang dikonsumsi
atau menjadi objek jual beli suatu tanaman. Bagian ekonomis suatu tanaman
hortikultura menyebar menyeluruh dari akar hingga daun. Bagian ini pada saat
panen dikelola dengan baik dengan tujuan mempertahankan kwalitas dan kuantitas
hasil sesuai kebutuhan pasar (Sumarno, 2004).
Produk hortikultura merupakan komoditi yang mempunyai potensi ekonomi bagi masyarakat
Indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi
produk hortikultura menjadi sangat penting.(anonim,2014)
Tanaman yang digoongkan ke dalam tanaman hortikultura sangat luas dan
beragam, namun bila di lihat ciri-ciri produknya terdapat banyak kesamaan pokok
yakni:
Produk hortikultura mudah rusak (perishable) bila disimpan tanpav perlakuan khusus, misalnya dengan perlakuan suhu rendah (4°) atau pelapisan lilin, karena dipanen dalam bentuk segar.
Produk hortikultura mudah rusak (perishable) bila disimpan tanpav perlakuan khusus, misalnya dengan perlakuan suhu rendah (4°) atau pelapisan lilin, karena dipanen dalam bentuk segar.
Komponen utama produk ditentukan
oleh kandungan air (water content) , dan bukan oleh kandungan bahan kering (dry
matter) karena konsumsinya dalam keadaan segar.
Ketersediaan produk, terutama dari kelompok buah-buahan, bersifat musiman dan meruah (voluminuous atau bulky) pada saat panen, terutama pane raya, sehingga mempersulit penanganan dan pengangkutannya. Harga produk ditentukan oleh kualitas, bukan oleh kuantitas.Tubuh manusia membutuhkan konsumsi tanaman hortikultura dalam jumlahv yang sedikit namun apabila tidak dipenuhi maka akan berdampak buruk pada kesehatan.
Produk hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral, dan bukan diutamakan sebagai sumber protein dan karbohidrat.(anonim,20110)
Ketersediaan produk, terutama dari kelompok buah-buahan, bersifat musiman dan meruah (voluminuous atau bulky) pada saat panen, terutama pane raya, sehingga mempersulit penanganan dan pengangkutannya. Harga produk ditentukan oleh kualitas, bukan oleh kuantitas.Tubuh manusia membutuhkan konsumsi tanaman hortikultura dalam jumlahv yang sedikit namun apabila tidak dipenuhi maka akan berdampak buruk pada kesehatan.
Produk hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral, dan bukan diutamakan sebagai sumber protein dan karbohidrat.(anonim,20110)
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Bahan Dan Alat
Bahan : Berbagai buah dan sayur, alumunium foil, air
aquades,tissue, kangkung, bawang putih, bawang merah, sawi caisim, kacang
panjang, bayam, seledri, kol, terong, wortel, cabai, wortel, mangga, melon, dan
alpukat.
Alat : oven,
timbangan digital, gelas ukur, gelas beaker, mortar, pestel, spatula, pipet, handfractometer, handpenetrometer, alat
tulis.
3.2 Prosedur
Kerja
A. Pengukuran
Kadar Air
1. Menimbang masing-masing jenis sayur dan buah segar
yang disediakan sebanyak 50 g.
2. Membungkus masing-masing produk dan memberi lebel.
3. Setiap jenis produk diulang sebanyak 3 kali.
4. Mengoven sampel pada suhu 700oC
5. Menimbang secara berkala hingga diperoleh bobot
konstan.
Ka=kadar air, bs=bobot segar,
bk=bobot kering
B. Pengukuran
Kandungan Bahan Terarut
1. Menyiapkan gelas ukur
2. Menyiapkan cairan buah yang diukur. Pada buah-buah
yang kurang berair seperti pisang atau alpukat dapat dimasukkan daging buah
yang telah dilumatkan sebanyak 2 -3 ml kemudian tambahkan air aquades sebanyak
volume daging buah.
3. Menyiapkan alat handrefractometer. Kalibrasikan alat
dengan meneteskan aquades dengan mengunakan pipet. Membaca pada harus
menunjukkan angka nol.
4. Mencatat hasil yang diperoleh.
C. Pengukuran
Tingkat Kekerasaan Buah
1. Menyiapkan buah yang akan diukur
2. Menyiapkan alat handpenetrometer,set alat pada angka
nol.
3. Menekan handpenetrometer pada permukan buah pada 3
tempat yang berbeda. Mencatat masing-masing hasil pengukuran yang diperoleh.
D. Pengukuran
Kematangan & Kualitas dengan Organoleptik, Visual, dan Manual.
1. Mengamati secara visual cir-ciri buah dan sayur
(warna, segar/tidak segar, berbintik dsb). Mencatat dalam tabel
2. Menekan secara manual dengan jari untuk mengamati
kekerasan buah, mematahkan daun, menepuk dsb sesuai jenis buah atau sayur.
3. Membelah buah memanjang dan mengamati secara visual.
4. Secara organoleptik dapat mencicipi buah kemudian
mencatat rasa (manis, hambar, sepat, kelat dsb)
3.2 Cara Kerja
1. Mahasiswa mendapat berbagai jenis sayur dan buah yang
digunakan bersama
2. Mahasiswa membuat tugas mandiri dengan mengamati
bagian ekonomis tanaman hortikultura
3. Mengamati bagian ekonomis tanaman hortikultura yang
disediakan
4. Mengelompokkan sayuran berdasarkan bagian tanaman
(sayur akar, sayur daun, bunga, atau buah)
5. Menuliskan kriteria panen yang meliputi : warna,
kekerasan, fase perkembangan, tekstur produk, aroma, dan kelompok sayuran.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Kadar air
Buah/sayur
|
berat basah (g)
|
berat kering (g)
|
kadar air (%)
|
Tomat
|
27,36
|
4,91
|
82,05
|
Kangkung
|
5,94
|
0,59
|
90,06
|
Wortel
|
2,34
|
0,21
|
91,02
|
Terong
|
1,72
|
0,07
|
95,93
|
Bayam
|
0,7
|
0,04
|
94,28
|
Bombai
|
5,67
|
0,76
|
86,59
|
Semangka
|
13,67
|
1,07
|
92,17
|
Melon
|
9,49
|
0,54
|
94,30
|
Pisang
|
8,65
|
1,95
|
77,45
|
Labu
|
5,84
|
0,51
|
91,26
|
Pokat
|
8,84
|
1,58
|
82,12
|
Mangga
|
7,63
|
1,42
|
81,38
|
Tabel 2. Kemanisan Buah
Buah
|
Kemanisan (brix)
|
Tomat
|
9
|
Melon
|
7
|
Mangga
|
15
|
Semangka
|
10
|
Tabel 3. Tingkat Kekerasan Buah
Buah
|
Tingkat
Kekerasan (ibf/ft2)
|
Melon
|
6833,3
|
Pisang
|
1833,3
|
Mangga
|
3733,3
|
Alpukat
|
2066,6
|
Semangka
|
5066,6
|
Tabel 4. Pengamatan Visual kualitas
produk hortikultura
Sayur/Buah
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Keterangan
|
Terong
|
Ungu
Pekat
|
-
|
Lembek
|
Terong
memilki kualitas sudah tidak bagus lagi, dengan warna tidak menarik lembek
dan mulai mengkerut
|
Wortel
|
Orange
muda
|
-
|
Keras
|
Wortel
Memilki kualitas kurang baik, ditinjau dari warna yang masih ada hijaunya,
juga bentuknya tidak menarik.
|
Tomat
|
Merah
keorenan
|
-
|
Lunak
|
Tomat
memilki kualitas kurang baik, dengan tekstur yang mulai lunak dan ukuran
kecil
|
Labu
siam
|
Hijau
|
Keras
|
Labu
siam memilki kualitas rendah, dengan panen yang tidak pada saatnya dan masih
keras.
|
|
Bayam
|
Hijau
|
Layu
|
Bayam
memilki kualitas rendah, karena sudah dalam keadaan layu dan tidak segar.
|
|
Kangkung
|
Hijau
|
Layu
|
Kangkung
memiliki kualitas rendah dengan keadaan layu dan kurang kadar air.
|
|
Bombai
|
Coklat
gold
|
Keras
|
Bombai
memilki kualitas cukup bagus dengan warna dan teksturnya, namun bentuk yang
tidak normaldan ukuran masih kecil.
|
|
Melon
|
Hijau
pucat
|
Aroma
tidak tercium kuat
|
Lunak
|
Buah
dalam keadaan kualitas rendah, karena sudah tidak keras lagi dan buah sudah
terlalu lama disimpan.
|
Pisang
|
Kuning
kehitaman
|
Wangi
|
Lunak
|
Pisang
kualitsanya sudah tidak bagus, karena buah sudah terlewat matang sehingga
warna menjadi kehitaman dan tekstur lebih lunak.
|
Mangga
|
Kuning
dengan bintik hijau
|
Tidak
tercium
|
Lembek
|
Buah
kualitasnya sudah tidak bagus karena teksturnya sudah sangat lembek dan warna
tidak menarik.
|
Alpukat
|
Ungu
kehitaman
|
Tidak
tercium
|
lembek
|
Kualitas
buruk, buah sudah terlewat matang dan warnanya tidak menarik.
|
Semangka
|
Hijau
tua
|
Tidak
tercium
|
keras
|
Kualitas
bagus, namun ukuran belum maksimal
|
Kriteria Panen Hortikultura
- Warna
- Tingkat
kekerasan
- Fase
perkembangan
- Tekstur
produk
- Aroma
4.1 Pembahasan
Pada
praktikum ini dilakukan pengamatan kualitas produk hortikultura baik sayuran
maupun buah. Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat keadaan buah dan sayuran,
mengukur tingkat kemanisan, kadar air dan kekerasan buah dengan mengunakan
alat.
Kriteria pemanenan pada tanaman
berbeda beda. Kriteria ini dapat dianalisis megunakan berbagai cara mulai dari
yang sederhana hingga komplek dan agak rumit. Kriteria ini secara umum dapat
kita lakukan secara manual maupun analisis. Kriteria yang paling sederhana
adalah pengamatan warna dan aroma. Kriteria lain yang dijadikan sebagai penentu
panen adalah kekerasan, fase yang telah dilalui, dan tekstur dari produk tersebut.
Warna dijadiakan sebagai penciri
dalam panen produk hortikultura sebab pada indikator ini langsung menunjukkan
symtom yang berupa perubahan dari satu warna ke warna yang lain. Tanda ini
dapat kita amati secara visual pada produk yang masih dilapang dan yang sudah
dipanen akan nampak jelas gradien pembeda keduanya. Symtom panen berdasarkan
warna ini menjadi perioritas utama dalam budidaya dikalangan petani. Penentuan
warna biasanya ditentukan dengan gradien yang telah gunakan dari generasi ke
generasi sebagai indikator utama.
Selayaknya warna pada indikator
aroma pada produk tertentu dalam komoditi hortikultura akan mengalami
perubahan. Perubahan ini merupakan ciri yang sangat mudah digunakan sebagai
pembeda dari tingkat kesiapan panen suatu produk. Produk- produk dengan aroma
khas akan mengeluarkan symtom bahwa telah siap panen atau belum. Perubahan
aroma pada tanaman hortikutura akan diikuti perubahan kekerasan. Kesiapan panen
dalam produk hortikultura biasanya dengan penurunan tingkat kekerasan. Aktivitas
fisiologi pada tahap ini akan tefokus merubah pati menjadi amilase pada produk
utama.
Panen produk hortikultura difokuskan
pada bagian ekonomisnya, dalam hal ini fase pertumbuhan pada bagian tersebut
sangat diperhatikan. Pemanen pada bagian ekonomi akan ditentukan oeh tujuan
pemanen tersebut akan dimanfaatka. Nilai ekonomis dalam produk hortikultura
akan beragam pada berbagai organ tanaman. Nilai ekonomis yang diperoleh dari
tanaman ini bervariasi sesuai kualitas produk.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Kriteria panen hortikultura ditentukan
banyak faktor dan sesuai kebutuhan pengelolaan hasil produk tersebut.
2.
Bagian ekonomis dalam produk
hortikultura bervariasi sesuai jenis produk tersebut.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan memerhatikan seluruh keterangandan
arahan yang dsampaikan oleh Coass
sehingga seluruh informasi dapat diperoleh secara lengkap. dan nilai ekonomis berbagai komoditi
hortikultura agar pengetahuannya
mengenai hal ini lebih lengkap. .
DAFTAR
PUSTAKA
Permentan. 2013. Pedoman Panen, Pascapanen, Dan Pengelolaan Bangsal
Pascapanen Hortikultura Yang Baik.Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Jakarta
Sukarman dan G.
Susilowati, 2004. Buku Hortikultura Th. 2003. (Horticulture Year Book).
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian, Jakarta.
400p.
Sumarno, 2004.
Potensi dan peluang usaha agribisnis buah tropika dalam era pasar bebas.
hal1-14. Dalam: Roesmijanto et al (eds): Prospek sub
sektor pertanian menghadapi era AFTA. Prosiding Seminar. Badan Litbang Pertanian,
Bogor. 647p.
Vademekum
Hortikultura. 2001. Kajian Pengelolaan Pasca Panen Hasil Pertanian.
Direktorat Hortikultura, Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
Anonim. 2014. http://www.scisi.co.id/scisi/commodity/index/28.
diakses pada tanggal 13
maret 2014.
diakses tanggal 13 maret 2014.
Anonim.2012.http://adf.ly/2038312/banner/http://berusahatani.blogspot.com/2012/12/komponen-pokok-kualitas-produk.html.
diakses tanggal 13 maret 2014.
Handajaningsih,marakati.dkk. 2014. Penuntun Praktikum
Hortikultura. Fakultas Pertanian
Universitas
bengkulu. Bengkulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar setelah melihat blog, setidaknya ucapkan terimakasih setelah anda mengcopas artikel saya