LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBIAKKAN
VEGETATIF
(Pembuatan
Bangunan Persemaian/Pembibitan Kolektif , Pengisian Polybag, Pembuatan Media,Stek, Cangkok, Okulasi Dan Sambung)
Oleh
:
Nama : Sholikhatin
Npm : E1J015010
Dosen : Ir.Merakati Handayani.MSc
Shift : jumat ( 10:00-12:00 )
Co-ass : Ricci H
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
Puji
syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk menyelesaikan antologi laporan teknik pembiakkan vegetatif ini.
Laporan teknik pembiakkan vegetatif ini disusun berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan selama kurang lebih lima bulan. Dimana, praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu
dan ada beberapa acara yang dilakukan di luar kampus universitas bengkulu.
Laporan
ini tersusun atas beberapa acara praktikum, yaitu tentang cara pembiakkan
vegetatif dengan cara cangkok, sambung, stek dan okulasi. Di dalam laporan ini
dibahas satu persatu untuk setiap acara. Pembahasan dalam laporan ini merupakan
hasil dari pengamatan lapangan yang di dapat selama praktikum berlangsung yang
telah disesuaikan dengan literatur-literatur yang ada.
Dalam
penyusunan laporan akhir praktikum ini penulis menyadari bahwa laporan ini
masih belum sempurna namun penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam
penyusunannya baik dari segi bahasa maupun metodelogi penulisan yang baik.
Dimana, dengan adanya laporan ini dapat memabah wawasan pembaca tentang cara
pembiakkan vegatatif pada tanaman disamping sebagai syarat penilaian mata
kuliah Teknik Pembiakkan Vegetatif yang berpraktikum. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.
Bengkulu,
28 November 2017
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu
tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan
pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau pengadaan bibit. Dalam
konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemaian atau pengadaan bibit
merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi
kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan
kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini
merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutannya fungsi
produksi pada rotasi berikutnya. Selain itu, kegiatan persemaian juga
dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakan untuk
merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses
penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini,
kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi
lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan
persemaian juga merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
upaya guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial.
Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil
inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang dilaksanakan dua tahun setelah
pemanenan. Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal
yang harus di rehabiitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari
luasan tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan,
maka dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.
1.2 Tujuan
Tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
· Pada
pembuatan bangunan persemaian kolektif :
1
Merencanakan kebutuhan bahan pembuatan
bangunann persemaian kolektif
2
Menyebutkan dengan dua persyaratan lahan
yang dapt dimanfaatkan (diperlukan) sebagai tempat persemain.
3
Menyebutkan pengaturan cahaya yang
diperlukan dalam persemaian sampai bibit berumur enam bulan
4
Mendirikan bangunan persemaian dengan
benar (memenuhi persayaratan teknis dan persyaratan agronomis)
· Pada
pembuatan media :
1. Mengisi polybag dengan media tanah dengan
benar
2. Membuat medai dengan benar
3. Menyusun polybag dengan benar
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sungkup
adalah pelindung yang dapat menghindari tanaman dari air hujan. Salah satu
pelindungnya bisa dengan membangun greenhouse. Namun karena green house mahal,
maka diperlukan alternatif lain yang dapat melindungi tanaman secara ekonomis.
Alternatifnya adalah membuat green house mini berupa sungkup plastik. Dalam
membuat sungkup plastik tersebut bisa menggunakan rangka bambu atau rangka besi
(Anonim, 2011).
Pembiakan
vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa
melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan
dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah
grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk)
ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru. Pembiakan
vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan
untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk
penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2007).
Dalam praktikum ini memiliki topik yang berjudul pengisian
polybag dan pembuatan
media tananam fungsinya yaitu agar
kita tau cara mempersiapkan
media tanam yang baik dan benar. Tanaman memerlukan media dan bahan tanam yang sesuai
untuk mendapatkan produk akhir yang maksimal. Media tanam didefinisikan sebagai
tempat tumbuh kembang tanaman. Media tanam sangat berperan karena fungsinya
yang menyediakan nutrisi bagi tanaman, tempat berkembangnya perakaran, tempat
tersedianya air serta penopang tanaman agar tumbuh tegak.Saat ini, media tanam
tidak hanya berupa tanah. Pasir, gel, sterofoam, batu, sekam, serbuk kayu, dan
air dapat dimanfaatkan sebagai media tanam. Adanya inovasi tersebut, akan
mengurangi penggunaan tanah dan memanfaatkan bahan-bahan sisa sehingga
bahan-bahan sisa tersebut akan bernilai ekonomi. Penggunaan media tanam harus
disesuaikan dengan jenis tanamannya. Hal ini dikarenakan media tanam merupakan
tempat tinggal tanaman. Sehingga media tanam harus didesain sedemikian rupa
agar tanaman merasa nyaman. Dengan demikian, hasil yang diperoleh akan
maksimal. Akan tetapi tidak semua media tanam yang harus diperhatikan. Bahan
tanam yang digunakan sebagai tempat sumber hara bagi tanaman juga perlu
diperhatikan. Karena kandungan hara yang tersedia pada bahan tanam juga sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sehingga kedua hal tersebut harus
diperhatikan karena saling terkait satu sama lain (Novis,2015).
BAB III. METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan bangunan persemaian/ pembibitan kolektif :
·
kayu pancang
·
bambu
·
paku
·
meteran
·
garpu
·
gergaji
·
tali rafia
·
plastik bening (transparan)
·
cangkul
·
sekop
·
parang
·
palu
3.1.2
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
pembuatan media :
·
Cangkul
·
Ember
·
Sekop kecil
·
Gunting
·
Pisau
·
Air
·
Tanah
·
Pasir
·
Polybag (15 x 20)
3.2 Langkah Kerja
3.2.1
Pembuatan
pembibitan kolektif :
1.
Persiapan bedengan peremaian
-
Meratakan tanah dan membersihkan dari
gulma yang tumbuh di atas bangunan
-
Mengukur bedengan dengan panjang 350 cm
dan lebar 150 cm. Dibuat pembatas bedengan dengan papan serta dibuat parit
sedalam 10 cm disekeliling bedengan.
-
Dengan menggunakan sekp, di bagian
tengah sepangjang bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan dilapisi dengan
plastik bening serta diisi dengan air.
2.
Pembuatan naungan dan sungkup semaian
-
Pada masing-masing ujung bedengan
ditancapkan bambu, dengan ketinggian sebelah timur 1,5 m dan sebalah barat 1,25
m di atas bedengan dibentangkan pilahan-pilahan bambu dengan jarak 30-40 cm dan
diikat dengan kuat.
-
Dipasang atapdan tata secara teratur,
sehingga pengayaan di bawah naungan 25-30 %
-
Dibuat kerangka sungkup dari bambu
dengan ukuran panjang 3 m dan lebar 1,2 m serta tinggi bagian tengah 90 cm
-
Menutupi kerangka bambu dengan lebaran
platik pada sekeliling bagian bawah kerangka lembaran platik dilebihkan -+ 15
cm
3.
Pembuatan nauangan pemeliharaan
-
Dibersihkan permukaan tanah
tunggul-tunggul lalu diratakan
-
Ukuran naungan : lebar 3 m x panjang 15
m x 2 m tinggi
-
Diberi naunagn di atas kerangka dari
bambu.
3.2.2
Pembuatan
Media
·
Pada
bedengan
-
diukur panjang dan lebar bedengan yang
diinginkan, (lebar 1-1,5 m, panjang 1,5 m)
-
digemburkan tanah pada bedengan sampai
kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.
-
Dicampurkan pupuk kandang ke tanah
bedengan, dengan kira-kira perbandingan tanah terolah, pupuk kandang dan tanah
1:1
-
Diberikan batas keliling bedengan dengan
belahan bambu atau papan agar media tidak longsor
-
Menyiram media di bedengan tersebut
sampai lembab
-
Media siap ditanam bahan tanaman
·
Pada
polybag
-
Diambil tanah bagian atas (lebih kurang
smapai ketebalan 25 cm dari permukaan )
-
Diambil juga pupuk kandang dan sekam
padi
-
Dicampurkan tanha bagian atas dan pupuk
kandang dan sekam padi secara merata dengan perbandingan 1:1:1, berdasarkan
volume.
-
Diambil polybag yang teah dilubangi
-
Dimasukkan media ke dalam wadah polybag
-
Diisi polybag ½ bagian dan dihentakkan k
yanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampaidua pertiga bagian jatuh-jatuhan
kembali tiga kali selanjutnya diisi sampai penuh
-
Disusun media polybag pada bedeng-bedeng
pembibitan
-
Disiram media tanam sampai lembab
-
Media dalam wadah siap ditanam dengan
bahan tanman yang telah disediakan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 4.1 keadaan sungkup yang telah jadi dimana,
di dalamnya terdapat media polybag yang
telah terisi bahan yang ditanam.
4.2 Pembahasan
pada
praktikum teknik pembiakan vegetatif secara keseluruhan dilakukan acar pertama
yaitu pembuatan media dan pembibitan kolektif atau sungkup. Dimana, pembuatan
media dan sungkup ini akan digunakan pada acara praktikum selanjutnya.
Pelaksanaan acara praktikum ini dilaksanakan di sekitaran laboratorium agronomi
dengan bahan-bahan dikumpulkan dari luar kampus seperti bambu dan kayu.
Praktikum
ini dilaksanakan pershift. Pada shift ini membuat satu sungkup dan 40 buah
media tanam di polybag yang berukuran 15 x 20 cm. pembuatan media dan sungkup dilakukan secara
bersamaan dengan pembagian tugas masing-masing.
Pada
pembuatan sungkup hal yang utama di buat adalah kerangka sungkup. Kerangka
sungkup dbuat dari belahan bambu yang lentur dan kayu yang kemudian di balut
dengan plastik bening. Ukutran yang dipakai dalam pembuatan sungkup ini adalah
lebar 1,2 m dan panjang 1,5 m serta tinngi 90 cm. bentuk dari sungkup ini
hampir menyerupai keranda orang meninggal. Dengan bentuk setengah lingkaran.
Bentuk ini digunakan belahan bambu yang telah dibersihakan yang lebar
belahannya sekita 2-4 cm dengan panjang 1,5 m. Tiang penyannga uta terdapat dua
buah yaitu di ujung-ujung keranda dan empat kerangka utama tempat terikatnya
bambu yang telah di lengkungkan tadi, tiang-tiang utama ini terbuat dari kayu
balok yang berukurn -+ 2,5 x2,5 cm.
Setelah
kerangka jadi, sebelumnya telah tersedia lubang/bedengan sungkup yang diapit
oleh media-media polybag yang telah terisi tanah. Polybega disusun secara rapi
disisi bedengan yang telah berisi air.
Bedengan ini berukuran 1,5 atau sesuai panjang kerangka sungkup tadu dan
lebarnya -+30cm, diman ditengah-tengah bedengan tersebut telah terisi air.
Madsud dari pemberian air ini yaitu mengacu
pada fungsi dibuatnya sungkup itu sendiri yaitu untuk menjaga
kelembaban, dengan tersedianya air didalam sungkup, maka pada cuaca yang
panaspun leju evorasi yang meningkat akan tetap terjaga kelembabannya sihingga
suhunya pun dapat dipertahankan stabil.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang diambil dari praktikum ini adalah dalam melakukan teknik pembiakan tanaman
vegetatif dibutuhkan media yang nanti digunakan untuk pindah tanam dari bagian
yang dikembangbiakkan. Dalam hal ini
dibutuhkan pembibitan kolektif atau sungkup sebagai temapat media yang baru
dipindahtanamkan ke polybag dengan tujuan untuk mempertahankan keembabannya.
Dimana, sungkup ini terbuat dari bambu dan kayu yang dibungkus dengan platik
bening.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini diperlukan
tenaga yang besar dan keadaan tubuh yang segar karena pembuatannya memerlukan
waktu lama dan teknik pengerjaanya yang agak sulit.sehingga diharapkan
praktikan lebih mempersiapkan tenaga sebelum melakukan praktikum ini. Serta
dalam pembuatannya mesti dilakukan berdasrkan petujuk yang ada pada buku
praktikum agar apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan praktikum.
Daftar Pustaka
Adinugraha.
2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World
Agroforestry Centre :Bogor.
http://novisadress.blogspot.co.id/2015/06/vegetative-media.html. diakses
pada selasa,29/11/2017.
T,
Moh. Arfan. Zainuddin Basril, Fathurrahman.2016.Pengaruh Sungkup Dan Mulsa
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Varietas Lembah Palu di Dataran Medium .Universitas Tadulako:Palu.
LAMPIRAN
-
Gambar 1. keadaan bedengan ketika sungkup telah dibuka setalah -+2
bulan, yang telah ditumbuhi gulma.
Gambar 2. Keadaan ketika
pembukaan sungkup(keadaan dalam sungkup).
Acara 2 : perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan
pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat
melakukan pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat
melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada
tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia
(terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi
dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian
besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan(Kusumo 2001).
Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan
perkembangbiakan agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan.
Perkembangbiakan pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan
tanaman. Salah pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa
disebut airlayerage atau disebut juga bumbun(Kusumo 2001).
Dalam
pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan
tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif.
Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk
dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini
tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah
lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada
cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok
adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya
perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara
merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang
selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah(Ashari, 2005).
1.2 Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini
adalah sebagai berikut :
a. memahami
bahwa cara cangkokan adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
b. Melakukan
perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara cangkokan.
c. Mengerti
dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam mencangkok dari berbagai
jenis tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan
perakaran dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari
pohon induknya. Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat
dikembangkan dengan cara pencangkokan ini. Caranya ialah dengan mengerat
batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat
yang jaraknya 5 -10 cm. Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut
dikupas sampai pada bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang
samasekali. Selanjutnya pada bagian
yang kita kupas tersebut ditutup dengan
tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut
kelapa atau plastik. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim
hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan
air untuk mencegah kekeringan (Nagaraja, 2008).
Dalam
dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yangdigunakan untuk memperbanyak
tanaman secara
vegetatif. Pembiakan vegetatif
secaracangkok ini merupakan sauatu cara
perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akantetapi hasilnya sering
mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan.
Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan luka yangkering
atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena
pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap hama
dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga ( Wudianto, 2006).
Cangkok bertujuan untuk
mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar
tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok
bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok
tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman
yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan
mempunyai akar tunggang (Harman, 2004).
Bentuk cabang yang baik
adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warnamasih coklat muda dan
belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dansempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil
sebesar jariataupun pensil. Cabang yang dicangkok tidak perlu
terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan sulit diatur. Panjang cabang cukup
sekitar 32-42 cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam tanaman hasil
cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak
masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit
tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan
akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang
menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arahbawah terbendung di
bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidratdan auksin, dan dengan adanya media perakaran yang
baik karbohidrat dan auksin tersebutakan
menstimulir timbulnya akar. Media perakaran cangkok
yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase, aerasi dan kandungan unsur
hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Setelah berakar,
cangkokan dapat diambil. Cara mengambilnya ialah dengan memotong cangkokan di
bawah keratan akar tersebut. Kemudian bibit cangkokan itu langsung dapat
ditanam. Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng, cangkokan harus ditanam dahulu
dalam keranjang atau pot yang diisi dengan tanah dan pupuk kandang. Selama
dalam keranjang, tanahnya harus dijaga agar tetap basah dan ditaruh di tempat
yang teduh tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung, agar tidak terjadi
penguapan organ cangkokan yang dapat mematikannya. Setelah muncul tunas-tunas
atau daun-daun yang baru,cangkokan dapat dipindahkan ke lapangan(Veergawathathan, 2009).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau
pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang
terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas.
Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih
tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di
pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman
induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya
tinggi atau di pematang kolam ikan. Disamping keuntungan, terdapat juga
beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok. Pada musim
kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin
kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak
karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa
mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah
besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa
menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula
digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar
kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah
daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu
pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan
kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia
waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga. (Herawan, 2003).
BAB III. METODELOGI
3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu :
·
Batang/cabang sawo
·
Plastik putih
·
Tali rafia
·
Pisau cauter
·
Ember
3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
a. tahapan
mencangkok adalah sebagai berikut :
-
menentukan pohon induk (tidak terlalu
muda dan tua)
-
sudah pernah berbua dan berbungga
(tanman hias) dan berbuah (tanman buah)
-
tumbuh kuat dan subur, tidak terserang
hama penyakit
-
mempunyai banyak cabang.
b. Memilih
cabnag/ranting
-
Ukurannya tidak terlalu besar (sebesar
kelingking atau pensil)
-
Bentuk cabang tegap dan mulus dan
berwarna coklat muda
-
Panjang cabang antara 20-30 cm
-
Jumlah daun cabang banyak
-
Cabang mnegarah ke atas atau ke samping
c. Menyayat
dan mengupas kulit kayu
-
Bear kecilnya sayatan disesuaikan dengan
diameter cabnag/batang.
-
Cabang kecil sayatan -+ 2 cm arah
vertikal, cabang fertikal sayatan > 2 cm, sepertiga abang arah horixontal
sayatan berada tepat di bawah kundup daun.
-
Kambium dikerok
-
Membungkus cangkokan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan cangkok pada sawo
Cangkokan
|
Waktu pengamatan
|
||
1 MST
|
3 MST
|
5 MST
|
|
1
|
Belum terlihat
perubahan pada kalus maupun daun
|
Belum terlihat
kalus, namun daun sudah layu
|
Cabang mati
dan daun berguguran
|
2
|
Belum terlihat
perubahan pada kalus amaupun daun
|
Belum terlihat
kalus, namun daun sudah layu
|
Cabang tetap
hidup dan kalus ada namun tidak terlihat dari luar plastik
|
3
|
Belum terlihat
perubahan pada kalus amaupun daun
|
Belum terlihat
kalus namun daun layu dan banyak gugur
|
Cabang mati
dan daun berguguran
|
4.2 Pembahasan
Pada acara perbanyakan tanaman dengan mencangkok, disini
praktikan di bagi ke dalam beberapa kelompok. Salah satunya yaitu mendapatkan
tanaman sawo
Tahapan yang dilkukan dalam mencangkok ini
yaitu pemilihan batang yang baik dan bagus bahan cangkokan
ini diambil di salah satu rumah kos praktikan yang berada di luar daerah kampus
universitas bengkulu. Mencangkok tanaman sawo. Tahapan yang
dilakukan selanjutnya yaitu, melakukan pengelupasan kulit batang/cabang.
Pengelupasan ini dilakukan dengan menggunakan pisau sepanjang 4 cm, hal ini
sesuai dengan pendapat nagaraja, 2008 yang meyatakan bahwa, Caranya mencangkok
ialah dengan mengerat batang atau cabang
tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10
cm. yang kemudian dikikis lendir atau kembiumnya. Hal
ini bertujuan untuk menjega berlangsungnya pertumbuhan antara batang dn cabang
yang kita cangkok sehingga kambium atau floem antara batang dan cabang yang
kita cangkok terputus dan akhirnya hasil fotosintesis hanya akan terkumpul di
luka yang terbuat diujung pangkal begian cabang dan kaluspun akan muncul
disana, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh putri, 2007 yang menyatakan bahwa,
pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya
penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah
terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk
karbohidratdan auksin, dan dengan
adanya media perakaran yang baik karbohidrat dan auksin tersebutakan menstimulir timbulnya akar.
Pencangkokan disini digunakan plastik bening
dan tanah serta pupuk kandang hal ini sesuai pendapat herawan, 2003 yang
menyatakan bahwa, dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk
kandang dengan tanah (1:1) dalam membuat media untuk cangkokan. Panajang cabang yang
dilukai yatu sepanjang 4 cm dan dibungkus dengan plastik ukuran ¼ kilo. Lalu
kemudian diikat menggunakan tali rafia. Setelah diikat plastik tersebut di
tusuk-tusuk dengan kayu kecil yang tajam, hal ini bertujuan untuk memberikan
lubang udara utuk masuk keluarnya air maupun respirasi organisme maupun sel
yang tertupi dalam plastik tersebut. Lubang yang di berikan kurang lebih
sebanyak lima puluh lubang secara merata.
Dari percobaan yang kami laksanakan hanya satu
dahan yang mampu membentuk kalus pada tanaman sawo. Waktu pembentukkan kalus
ini tidak diketahui secara pasti. Karena praktikum ini hanya dilakukan sebats
pengerjaan proses pencangkokannya.
BAB V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum
ini adalah sebagai berikut :
-
Cangkok merupakan salah satu bagian dari
berbagai perbanyakan suatu tanmaan.
-
Dapat dilakukannya perbanyakan tanaman
dari berbagai tanaman dengan cara mencangkok
-
Cara yang benar dalam mencangkok yaitu
dapt memilih batang dan melakukan teknik mencangkok dengan baik dan benar
dengan mengelupas kulit batang dan mengikis folem secara bersih dan menutup
dengan media yang kaya akan unsur hara.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini dibutuhkan
ketelitian dan kecekatan yang tinggi, kerena apabila terjadi sedikit kesalahan
baik dalam menyayat bayang bawah maupun batang atas terjadi kesalahan hingga
mata tunasnya terluka atau pada saat pengikatan tempelan mata tunas pada batang
bawah bergeser sehingga okulasi tersebut tidak akan berhasil malah akan
menyebabkan tanaman itu mati. Maka dari itu, untuk praktikum okulasi dimasa
yang akan datang diharapkan agar bisa melakukan praktikum dengan baik dan benar
sehingga hasil yang diharapkan tercapai.
Daftar Pustaka
Ashari, S. 2005. Holtikultura.UI-PRESS,
Jakarta.
Harmann, H.T.
and D.EKester. 2004. Plant propagation principles and practices.Prentice-Hall,Inc.
Englewood Cliffs, New Jersey
Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal
Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2. Hal. 43 – 48. Pusat Penelitian
danPengembanganBioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta
Kusumo,S.2001. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta
Nagaraja,
G.S., B.G. Muthappa Rai dan T.R. Guruprasad. 2008. Effect of intermittent mist and growth regulator on propagation of
Jasminum grandiflorum by different types of cuttings. Haryana J.Hort.
Sci. 20 (3-4) : 183-188.
Putri, R. 2007. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar
Swadaya : Jakarta
Wudianto, J.A. 2006. Tropical fruit; The tropical agriculture
series of which this volume part. The editorship of Gordin. Wrigley.
Veergavathathan, D., V.N. Madhava Rao and K.G.
Shanmugavelu. 2009.Aphysiological
analysis of shy rooting behaviour of Jasminum auriculatum, Vahl. Cv.
Parimullai stem cuttings. South Indian Horticulture
LAMPIRAN
Gambar kegiatan pada saat melakukan cangkok di salah
satu rumah praktikan.
Acara 3 :
perbanyakan tanaman dengan stek (cuting)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa macamnya salah satunya dalam
kerajaan tumbuhan. Sebagai contoh adalah buah-buahan seperti buah mangga. Buah
mangga memiliki banyak varietas yang mana terdapat kelebihan dan kekurangan di
setiap macamnya. Permintaan pasar akan varietas unggulan dengan rasa, tekstur,
aroma buah yang diminta tidak sebanding dengan keadaan lapang yang tidak mampu
menghasilkan buah sebanyak yang diminta. Melakukan intensifikasi lahan cukup
menguras biaya input lebih dari tanaman mangga yang biasa, akhirnya sampai pada
tangan konsumen dengan harga yang tinggi. Mengetahui harga mangga yang tinggi
para konsumen akan merubah pikirannya untuk tidak menkonsumsi mangga
jenis ini, dan dampaknya akan merugikan bagi para pedagang, tengkulak, dan juga
petani akan menerima harga jual yang sangat murah dan tidak mendapat
keuntungan.
Tanaman
merupakan bahan pokok untuk melakukan kegiatan dalam bidang pertanian.
Bidang pertanian sendiri cukup luas yaitu mencakup perikanan, kehutanan, perkebunan,
dan peternakan sehingga negara Indonesia disebut sebagai negara maritim karena
memang mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Sedangkan
dalam arti yang sempit pertanian adalah kegiatan bercocok tanam,
membudidayakan, dan merawat tanaman dengan tujuan memperoleh keuntungan
komersial dari produk tanaman tersebut. Jadi pertanian hanyalah kegiatan
seputar tanaman dan hubungannya dengan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangannya.
Menurut Prastowo dkk. (2006), setek
(cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan bibit dari setek yaitu
tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan
induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya,
tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya
dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang, perbanyakan
tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah
dilakukan, setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak
memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi. Sedangkan
kerugian bibit dari setek yaitu perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang,
saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh, apabila musim kemarau
panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Memahami
bahwa carasetek adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
2. Melakukan
perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara setek.
3. Mengerti
dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam menyetek dari berbagai jenis
tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan dengan cara stek adalah
perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar,
batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum
dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Secara garis besar,
langkah-langkah perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut: memilih
pohon induk yang dikehendaki sebagai sumber pengambilan stek, memilih
disesuaikan dengan sifat yang dikehendaki, menurut tujuan pertanaman, memilih
cabang dari pohon induk yang sesuai dengan persyaratan untuk bahan stek,
memotong cabang yang terpilih dengan arah potong serong atau miring, memangkas
daun sehingga tersisa sepasang daun, memotong daun yang tersisa sehingga
tertinggal 1/3 – 1/2 bagian, merendam pangkal stek dengan zat
perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang pertumbuhan akar stek,
menanam stek dalam polibag yang telah diisi dengan media, menempatkan
polibag dalam naungan, menyiram dengan air secukupnya dan teratur
(Purnomosidhi dkk. 2007).
Menurut
Balestri (2012), ada dua utama sumber bahan tanam untuk restorasi: stek (batang,
rimpang atau tunas) yang diperoleh penipisan berdiri mapan, dan benih.
Penanaman stek memiliki kelebihan tertentu atas unggulan menabur untuk program
skala besar. Stek dapat diambil secara teoritis sepanjang tahun dari saham
alami, sementara benih yang tersedia dalam waktu yang relatif singkat dan untuk
beberapa spesies tidak selalu kecukupan pasokan benih. Selain itu, tanaman
regenerasi dari stek klon genetik dari saham induknya, sehingga mereka dapat
kembali diperkenalkan dengan aslinya habitat asli tanpa mengubah integritas
genetik dari populasi. Meskipun berpotensi efisien, sistem ini dibatasi dalam
praktek oleh ketidakmampuan stek beberapa spesies untuk mengembangkan
terstruktur dengan baik sistem akar cepat setelah tanam.
Sumber bahan stek yang terbaik
dijumpai pada tunas akar karena hormon auksin terdapat pada ujung akar sehingga
mempercepat terjadinya proses pembentukan akar dan tunas.Konsentrasi
auksin yang baik dijumpai pada konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm.
Penambahan konsentrasi auksin yang tepat dapat berpengaruh terhadap
setimbangnya hormon pada stek yang dapat tmempercepat terbentuknya tunas.
Kombinasi perlakuan terbaik adalah sumber bahan stek tunas akar dan
konsentrasi auksin 0,50 ppm(Halimursyadah, dkk., 2014).
Akar
merambat di antara struktur batang stek shea. Stek set dengan petioles
dipertahankan adalah yang terbaik untuk perakaran. Mengairi sekali pada stek
dalam struktur, terutama di bin merambat mencatat rooting tinggi. Zat tumbuhan
seperti gula dan jumlah fenol gratis memainkan peran yang sangat penting
dalam perakaran stek batang. Tingkat infeksi rendah ketika stek dengan
petioles sisa yang diairi sekali sehari. The Seradix Hormon meningkatkan
kinerja perakaran batang stek shea. Ketika petioles dipertahankan pada stek,
tingkat gula larut dan tidak larut dan fenol yang tinggi. Hal ini juga diamati
untuk mengairi sekali, yang memberikan tingkat yang lebih tinggi (Yeboah,
2011).
Pertumbuhan
akar baru pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek.
Pada tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru. Terdapat konsentrasi IAA
yang lebih tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh dibandingkan pada kuncup yang
tidak sedang tumbuh. Pemberian auksin dalam konsentrasi yang sangar rendah akan
memacu pemanjangan akar bahkan pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi
yang lebih tinggi pemanjangan hampir selalu terhambat. Pada pengamatan seluruh
parameter menunjukkan pertumbuhan stek pucuk jauh lebih baik dibandingkan
dengan stek batang pada setiap konsentrasi ZPT yang diberikan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi yang terjadi antara bahan stek dengan
konsentrasi ZPT yang diberikan (Supriyanto dan Prakasa, 2011).
Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT
pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu pembentukan akar stek,
sehingga akar stek menjadi lebih cepat terbentuk dan lebih banyak. Perendaman
stek dalam 25% air kelapa selama 8 jam mampu meningkatkan jumlah akar per bibit
stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol, dengan demikian, semakin banyak
jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol.
Dengan demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek lada yang terbentuk,
maka kemungkinan akar bibit untuk dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin
besar/banyak, dan ini berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh
CMA. Kemudian, semakin cepat inisiasi akar terjadi maka kemungkinan CMA untuk
menginfeksi akar bibit stek lada juga akan semakin cepat. Selanjutnya
persentase dan intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat dengan
meningkatnya pertumbuhan bibit stek lada bersama waktu/umur bibit (Aguzen,
2009).
1.
Keuntungan bibit dari setek adalah:
Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan
induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman
asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal,
karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.Perbanyakan tanaman
buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
2.
Kerugian bibit dari setek adalah :
Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang
tanaman menjadi mudah roboh.Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi
tidak tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan oleh orang
perkebunan buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat
setek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam
jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai dalam
ukur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya.
Selain itu juga diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah
mampunyai akar, batang , dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Setek
sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan
oleh siapa saja (Erry, 2006).
BAB III. METODELOGI
3. 1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut:
·
Tanaman/cabang kopi
·
Rootone F
·
Atonik
·
Plastik bening
·
Ember
·
Tali rafia
·
Paku
·
Meteran ukuran 5 m
·
Polybag hitam
·
Pisau okulasi
·
Palu
·
Parang
·
Cangkul
·
Gunting stek
·
Pancang kayu
·
Bambu
·
Gelas ukur
3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Mempersiapkan
bedengan persemaian (telah ada di acara sebelumnya)
2. Membuat
naungan dan sungkup (telah ada diacara sebelumnya)
3. Menyediakan
bibit, dilakukan sebagai berikut :
a. Memilihan
bahan tanam
Memiliki bahan tanman yang dijadikan sebagai bahan
praktrek yang diambil dari pohon induk yang sehaa, tidak ada gejala penyakit
serta berwarna hijau. Memilih cabnag yang berasal dari cabang orthotrop/tunas
wiwilan/air/buku dari sulur panjat dan atau cabang buah/daun.
b. Menyiapkan
media tanam
Media tanman yang digunkan untuk stek adalah
campuran tanah yang diambil dari lapisan atas (top soil), pupuk kandang
(kotoran sapi), pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media tanam yang telah
disampur dimasukkan ke dalam polybag yang telah disediakan, kemudian disiram
hingga jenuh air dan dibiarkan beberapa saat.
c. Membuat
stek (stek cabang/batang)
-
Memotong stek dari cabang yang dipilih dengan
panjang 15-30 cm.
-
Memotong pangkal stek dengan sudut 45◦
di bawah buku sekitar satu cm.
-
Merendam stek dalam air hingga saat
tanam dengan larutan atonik 10cc/liter.
-
Sebelum ditanam, pangkal stek pada
bidang potongnya dioleskan rootone F yang telah berbenuk pasta.
4. Penanaman
dan penyungkupan
a. Membuat
lubang tanman sedikit lebih besar dari diameter stek dengan kedalamn 3-5 cm di
tengah polybag.
b. Menanam
stek dalam polibag dengan menggunkan tangan kanan, sambil dipadatkan dengan ibu
jari dan telunjuk ke arah batang setek agar stek dapat berdiri tegak dan kokoh.
c. Meletakan
polybeg di bawah sungkup yang ternaungi.
d. Melakukan
penyiraman pada stek yang telah ditanman untuk menghilangkan tanah atau kotoran
lain yang melekat pada daun.
e. Menutup
sungkup dengan plastik bening dengan rapat agar tidak kena pengaruh suhudan
kelembaban dari luar sungkup.
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan selam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Tabel
4.1 Hasil pengamtan stek.
Perlakuan
|
Keterangan
|
|
Hidup
|
Mati
|
|
0,25
|
9
|
1
|
0,5
|
10
|
0
|
0,75
|
12
|
0
|
Kontrol
|
10
|
0
|
Gambar keadaan tanaman hasil stek setalah berumur 5
minggu MST.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum acara perbanyakkan
tanaman dengan cara stek terlebih dahulu dilakukan yaitu memilih bahan batang
yang akan di stek. Bahan yang digunakan dalam acara ini yantu bunga bougenvile
yang terdapat dilingkungan kampus dimana batang dari bunga tersebut terlihat
sehat bebas terhadap hama dan penyakit dan memiliki batang yang kuat dan telah
pernah berbunga.
Batang bunga bougenvile yang telah di
ambil sebagai bahan setek dibagi menjadi 42 potong sepanjang 25-30 cm. Setiap sepulah potong
dilberikan perlakuan yang berbeda yaitu, pemberian rootone F dengan konsentrasi
0,25%;0,5%;0,75% dan kontrol. Pemberian rootone F disini berfungsi sebagai ZPT
yang dapat merangsang terbentuknya kalus atau akar, seperti yang dijelaskan
oleh Purwonhigihi, 2007 bahwa ia mengatakan bahwa, merendam
pangkal stek dengan zat perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang
pertumbuhan akar stek.
Pemotongan batang dilakukan secara
miring 450, hal ini bertujuan untuk mendapati kaluas yang banyak
dari luasnya kambium yang terbuka. Namun sebelumnya dilakukan perendaman dengan
larotan atonik untuk membuhunh hama atau penyakit pada batang. Setelah itu,
dilakukan penanaman dengan mebuat lubang tanam sedalan -+5 cm pada polybag.
Hasil akhir
yang didapatkan dari pengamatan sapai minggu ke5 yaitu didapatkan bahwa
pemberian rootone F 0,25% mendapati bunga hidup sebanay 8 batang dan mati
sebanyak 2 abtang; perlakuan 0,5 %, hidup 10 batang dan tidak ada yang mati;
perlakuan 0,75 % hidup sebanyak 11 batang dan mati satu batang dari 12 batang
yang diberikan; untuk kontrol batang stek hidup semua sebanyak 10 batanag.
Jadi, dari data tersebut dapat diketahui bahwa pemberian rootone F sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan akar pada batang tirutama pada percobaan stek
ini.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum
ini adalah sebagai berikut :
-
Stek merupakan salah satu bagian dari berbagai
perbanyakan sauatu tanmaan.
-
Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman
dari berbagai tanaman dengan cara stek sperti, bunga bougenvil dan tumbuhan
yang memiliki kambim.
-
Cara yang benar dalam mencangkok yaitu
dapat memilih batang dan melakukan teknik menstek dengan baik dan benar yaitu dengan
memetong secara miring bagian batang yang akan menjadi bagian bawah batang.
5.2
Saran
Pada praktikum ini dilakukan dengan cara
praktikum yang masih kurang lengkap yaitu pengamatan setelah dilakukannya stek,
sehingga hasil praktikum yang ingin dicapai kurang terpenuhi dalam memahami
cara perbanyakkan vegetatif, harapannya untuk praktikum yang akan datang tidak
ada dar metode praktikum yang tertinggal untuk dilaksanakan, sehingga sehabis
praktikum ini praktikan langsung mampu untuk melakukannya di luar lingkungan
kampus.
Daftar Pustaka
Aguzaen, H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.)
Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgronobiS , 1(1):
36-47.
Balestri, E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C. Lardicci. 2012. Application
of Plant Growth Regulators, A Simple Technique for Improving The Establishment
Success of Plant Cuttings in Coastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and
Shelf Science, 99: 74-84
Erry, R. 2006. Membuat Cangkok,
Stek, dan Okolasi. Penebar Swadaya : Jakarta
Frasiskus, harum. 2006. Tehnik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock
International: Bogor
Halimursyadah, Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014. Perbanyakan Vegetatif
Nanas (Annanas comusus L. Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan Konsentrasi
Auksin. AgrIBA, 2: 99-106
Prastowo, N. H.et al. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock
Internasional: Bogor
Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007.
Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga, Jeruk,
Melinjo, dan Sawo. ICRAF: Bogor
Supriyanto dan K. E. Prakasa. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootane-F
terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. Silvikultur Tropika, 3(1):
59-65.
Yeboah, J., S.T. Lowor., F.M. Amoah., dan F. Owusu-Ansah. 2011. Propagating
Structures And Some Factors That Affect The Rooting Performance Of Shea (
Vitellaria paradoxa gaertn) Stem Cuttings. Agriculture and Biology
Journal Of North America, 2(2): 258-269.
LAMPIRAN
Acara 4 : perbanyakan tanaman dengan cara okulasi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanaman
merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna
mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk
perbanyakannya sehingga didapatkan hasil yang kurang memuaskan dan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya akar,
batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif
adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk
membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan
yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat yang tidak sama
dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang
dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan
cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi
tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama
sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama
bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam
rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya
dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif perlu diperhatikan
salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau budding adalah teknik
memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman
atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting dilakukan oleh setiap mahasiswa
Fakultas Pertanian untuk menghasilkan Sarjana ynag memiliki keahlian dalam
membiakkan tanamnan secara Vegetatif.
1.2
Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. memeahami
bahwa cara okulasi adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
2. Melakukan
perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara okulasi.
3. Mengerti
dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam mengokulasi dari berbagai
jenis tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Okulasi atau budding
adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan
dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas
dari cabang pohon induk lalu dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah
yang sebagian kulitnya telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf
T tegak, T terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut
diikat selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu
tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari kedua
tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan mata tunas
(entres) harus menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).
Teknik okulasi
merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah
yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi batang bawah disebut rootstoc dan
batang atas disebut entres. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan
sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan
memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi
adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada proses pengokulasian ini terdapat
dua bagian yang penting yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang
bawah untuk dijadikan sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh
dari pembiakan generatif yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas bagian
tanaman yang diambil adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui
asalnya untuk mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang
diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Parto Rahardja
dan Wahyu Wiryanta, 2003).
Yusran (2011) menyatakan bahwa
penyambungan antara dua tanaman yang serasi akan menghasilkan tanaman yang kuat
dan berumur panjang. Selanjutnya Yusran (2011) menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi okulasi adalah fisiologi tanaman, kesehatan batang bawah, kondisi
kulit batang bawah, iklim pada saat okulasi berlangsung dan juga faktor teknik
seperti keterampilan dan keahlian dalam pelaksaanaan okulasi serta peralatan
yang dipergunakan.
Batang bawah yang biasa
digunakan untuk penyambungan dan penempelan pada prinsipnya harus mampu
menjalin persatuan yang normal dan mampu mendukung pertumbuhan batang atasnya
tanpa menimbulkan gejala negatif yang tidak diinginkan. Untuk batang bawah yang
perlu diperhatikan adalah sistem perakarannya (Desti, 2010).
Persatuan antara batang bawah dan
batang atas (entris) dapat terjadi bila pada letak penempelan terjadi
aktivitas pembelahan kambium dan cukup kandungan hara. Kebutuhan akan hara
berupa bahan organik sangat menentukan keberhasilan okulasi dimana tindakan
pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya
akan meningkatkan produktivitas tanah yang dipupuk terutama pada lahan marjinal
dengan kandungan unsur hara yang sedikit tersedia. Pemupukan di pembibitan
jeruk merupakan salah satu hal yang penting karena mendukung pertumbuhan bibit
yang baik (Mardhiah, 2008).
Perbanyakan tanaman secara
vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman yang homogen dalam sifat-sifat
genetiknya. Pada beberapa jenis tanaman seperti kaktus dikenal beberapa macam
cara perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek (cuttings) dan okulasi
(budding). Sedangkan perbanyakan secara sambungan (grafting) dan
cangkokan (air layering) (Marietje. 2010).
Macam
okulasi ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown
budding). Okulasi hijau dilaksanakan pada bibit umur 5-6 bulan dan okulasi
coklat umur 9-10 bulan.
a. Pada okulasi
hijau : entres diperoleh dari cabang dengan 2 payung berumur 5-6 bulan dengan
payung berwarna hijau tua segar.
b. Pada okulasi coklat :
dilaksanakan pada bibit umur 9-10 bulan. Sampel yang digunakan berumur 6-12
bulan dan berwarna coklat.
BAB III. METODELOGI
3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan dalam praktikum
ini yaitu :
·
Benih durian
·
Mata tunas durian
·
Plastik pembungkus
·
Polybag ukuran 30 x 40 cm
·
Kertas label
·
Pisau okulasi
·
Cutter
3.2 Langkah Kerja
Teknik okulasi yang digunakan dalam raktikum
kali ini adalah teknik okulasi segi empet dengan tahapan sebagai berikut :
1. Batang
bawah diiris dengan bentuk segi empat dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm.
Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris
tersebut ditempelkan kembali agar kambiaum tidak mengering.
2. Batang
atas /mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah
tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
3. Selanjutnya
mata tunas ditempelkan pada batang bawah, selanjutnya diikat dengan platik
pengikat.
4. Hasi
okulasi dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi mmbuka plastik pengikat.
Okulasi hidup ditandai dengan masih tetap hijau mata tunas, sedangkan mata
tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Gambar
okulasi pada batang durian.
4.2 Pembahasan
Pada acara praktikum acara perbanyakan
tanaman dengan cara okulasi atau penempelan mata tunas baru ke batang induk lain
ini digunakan batang durian sebagai
bahan tanam pada praktikum ini. Digunakan anak batang durian yang berumur lima
bulan. Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan samping lab agronomi. Dimana,
pada satu polibag yang berukuran besar terdapat tiga buah anak batang durian.
Disini digunakan pisau kulasi untuk pengupas kulit pada batang bawah atau
induknya.
Teknik okulasi yang digunakan dalam
praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat, dimana, perisai dan jendela
okulasi beberbentuk segi empat. Ukuran untuk perisai dibuat lebih kecil dari
pada jendela okulasi, hal ini bertujuan agar ada bagian pada perisai yang
menempel pada jendela okulasi dan terjadi perpindahan unsur hara yang baik. Hal
ini juga dikatakan oleh (Adinugraha, 2007) bahwa, pada Jaringan kakus dari dua
tanaman akan bertemu, bersatu dan
membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan antar kedua kambium, yaitu
kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas. Dari sumber kambium
tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan mineral secara kontinyu
antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa gangguan.
Pada pertautan sambungan juga
ditentukan kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai batang atas.
Dari hasil pengamatan terlihat adanya gejala inkompatibilitas antara batang
bawah dengan batang atas. Dimana, Inkompatibilitas adalah keadaan kegagalan
batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan. (Saefudin, 2009).
Kegagalan yang ditunjukkan yaitu
mati pucuk dan berakhir pada mati secara keselutuhan batang pada percobaan ini
berkemungkinan disebabkkan oleh beberapa faktor seperti kurang terampilnya kami
malakukan teknik kerja okulasi, seperti terjadinya luka pada mata tunas yang
endak ditempelkan, tidak pesnya pengikatan dengan platik pengikat sehingga
perisai tidak tepat terhubung dengan jendela okulasi, kurang bersihnya tunas
pada saat dilakukan penempelan, dan juga keadaan lingkungan yang berubah. Hal
ini juga diungkapkan oleh (Hamid, 2011) bahwa, gejala-gejala inkompatibilitas
diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam persentase yang tinggi,
daun menguning,pertumbuhan vegetatif menurun, mati pucuk dan tanaman merana,
tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata dalam kecepatan tumbuh atau
ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan scion (batang atas), dan
perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau sebagian batang bawah
sambungan.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum
ini adalah sebagai berikut :
-
Okulasi merupakan salah satu bagian dari
berbagai perbanyakan sauatu tanmaan.
-
Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman
dari berbagai tanaman dengan cara okulasi seperti, tanaman durian.
-
Cara yang benar dalam mengokulasi yaitu dengan
menyayat secara hati-hati batang bawah dan batang atas tanman yang akan di tempel.
5.2 Saran
Dalam
melakukan perbanyakan okulasi dibutuhkan keterampilan yang baik seperti kecekat
dalam membuat membuat perisai okulasi dan jendela okulasi karena hal ini
menjadi suatu hal yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan okulasi, jadi sebelum
melakukan okulasi pada bahann tanamn sebaiknya praktikan berlatih terlebih
dahulu pada tanaman lain yang nantinya jika agal tidak akan menimbulkan
kerugian.
Daftar Pustaka
Hayati, Mardhiah. 2008. Respons Tunas Kaktus (Mammilaria myriacantha) Pada Berbagai Konsentrasi
NAA dan BAP Secara In Vitro. Vol 3 No : 1 Hal 26 - 34
Pesireson, Marietje. 2010. Pengkajian Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif (Okulasi Mata
Entris dan Sambung Pucuk). Vol VI No : 1 Hal 25 -29.
Rahardja, Parto dan Wahyu Wiryanta.
2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.
Agromedia Pustaka. Bandung.
Rohmatiningtyas, Desti. 2010. Skripsi : Perbanyakan Tanaman Mangga dengan Teknik Okulasi di Kebun
Benih Pangan dan Hotikultura Tejomantri. Universitas Sebelas :
MaretSukarta
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun
Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo
Thomas Sumatera Utara. Medan
Yusran, Abdul Hamid. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan
Pupuk Kandang. Vol IV No : 2 Hal 97 – 104
LAMPIRAN
Gambar kegiatan okulasi pada batang durian
Acara 5: perbanyakan tanaman dengan cara sambung
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembiakan atau penggandaan
tanaman dapat kita kenal salah satu metodenya yaitu penyambungan. Penyambungan
dapat mempunyai arti lain dari pada pembiakan vegetatif lainnya, di karenakan
ketika tanaman yang tidak dapat dibiakan secara cangkok, stek, merunduk atau
lainnya dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan metode
penyambungan inilah tanaman tesebut dapat di biakkan. Seperti pada berbagai
tanaman buah-buahan yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, runduk,
anakan dan cangkok, tetapi mudah di lakukan penyambungan (enten) dan
penyusunan, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang
yang telah berakar dari suatu tanaman lain. misalnya pada manggis, blimbing,
dan lain sebagainya. Dilakukannya penyambungan itu pun harus mempertimbangkan
beberapa faktor, faktor-faktor tersebut baik yang dating dari tanaman itu
sendiri seperti hubungan kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai
batang atas dengan tanaman ynag digunakan sebagai batang bawah. Dan faktor lain
yang harus dipertimbangkan juga adalah faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan
yang mencangkup pemotongan dan pemeliharaan sambungan.
Proses penyambungan ini juga
merupakan warisan budaya dari leluhur kita, di karenakan keberadaan proses ini
tidak memerlukan cara yang rumit serta alat dan bahannya pun dapat mudah di
temukan serta murah. Oleh karena itu proses pembiakan jenis ini dapat di pilih
sebagai solusi ketika perekonomian pas-pasan dan tidak di mungkinkannya tanaman
untuk di biakan dengan cara lain selain menyambung itu sendiri.
Jadi pada proses penyambungan
merupakan salah satu jenis alternatif yang dapat dilakukan ketikan tanaman
tidak dapat di kembangbiakan secara vegetatif selain penyambungan itu sendiri.
Karena apabila proses penyambungan tidak di lakukan maka regenerasi bagi
tanaman tersebut tidak dapat dilakukan, sehingga dapat mengakibatkan kepunahan
secara cepat dari pada tanaman tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. memeahami
bahwa cara sambung adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2. Melakukan
perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara sambung.
3. Mengerti
dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam menyambung dari berbagai
jenis tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan vegetatif adalah suatu
metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman itu sendiri
(bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa melibatkan proses
pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke
tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu
suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian
tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan
kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan
grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif.
Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit
yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan
genetik tanaman (Sukendro, 2007).
Menyambung atau enten, yang telah di
kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung
potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain.
Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang disambungkan tidak
terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan dengan
batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut
tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah.
Potongan-potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi.
Seluruh bagian atas dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas
okulasi atau tanaman bawah. Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di
perbanyak dengan setek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak
dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya pada manggis, belimbing dan
sebagainya (Rahardja, 2003 ).
Pertautan sambungan juga ditentukan
kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai batang atas. Dari hasil
pengamatan tidak terlihat adanya gejala inkompatibilitas antara batang bawah
dengan batang atas. Inkompatibilitas adalah keadaan kegagalan batang atas dan
batang bawah membentuk pohon gabungan. (Saefudin, 2009) Gejala-gejala
inkompatibilitas diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam
persentase yang tinggi, daun menguning, pertumbuhan vegetatif menurun, mati
pucuk dan tanaman merana, tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata dalam
kecepatan tumbuh atau ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan scion
(batang atas), dan perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau
sebagian batang bawah sambungan (Hamid, 2011).
Dalam menyambung, perlu diperhatikan
bahwa daerah kambium tanaman bawah letaknya harus sangat dekat dengan kambium
tanaman atas. Atau juga dapat di artikan sebagai kambium antar kedua sambungan
antara tanaman atas dan tanaman bawah menempel satu sama lain, akan tetapi
dalam praktiknya hal ini jarang sekali terjadi. Baik tanaman bawah maupun
tanaman atas membentuk kakus. Jaringan kakus dari kedua tanaman tersebut akan
bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan antar
kedua kambium, yaitu kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas.
Dari sumber kambium tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan
mineral secara kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa
gangguan (Adinugraha, 2007).
Pada tanaman buah-buahan, pembiakan
vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya
sambung pucuk (grafting). Adapun kelebihan bibit dari hasil perbanyakan
vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : (1) umur berbuah lebih
cepat. (2) Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya. (3)
diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah
(rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (entris,
scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan. 296 Beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan
metode grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang
entris). (2) faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu
pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari), dan (3) faktor keterampilan
orang yang melakukan grafting (Tirtawinata, 2003). Panjang entris berkaitan
dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak
akibat pelukaan, makin panjang entris diharafkan makin banyak pula cadangan
energinya. Sedang kondisi cuaca atau waktu pelaksanaan grafting berkaitan
dengan tingginya laju 297 (Tambing, 2008).
Menyambung yang paling berhasil
diperoleh jika dilakukan antara dua tanaman yang berkerabat dekat, biasata
antar satu spesies. Bagaimanapun juga, bahkan yang hubungan kekeluargaannya
dekat, sering kali tidak berhasil menyatu dan sambungan tidak berlangsung.
Sekalipun demikian, menyambunga antar spesies yang berbeda dalam satu famili
tidak jarang dilakukan, seperti pada tanaman tomat yang disambung pada takokak.
Sebagai contoh, tomat pada kentang, salada dan kol; menyambung antar famili
yang berbeda juga pernah berhasil (Rahardja, 2003).
BAB III. METODELOGI
3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan dalam praktikum
ini yaitu :
·
Tanmana bunga ashoka
·
Plastik pembungkus
·
Plastik pngikat
·
Spidol permanent
·
Pisau okulasi
3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Dipilih
bahan sambung yang mempunyai umur hampir sama antara batang atas dan batang
bawah, dibuat potongan pada batang atas maupun batang bawah dengan bentuk
sambungan baji atau baji terbalik.
2. Dimasukkan
batang atas yang telah dibuat bentuk sambungan tadi kedalam batang bawah
3. Diikat
pada bagian sambungan dengan menggunakan plastik dan diusahakan tidak tergeser
sambungan yang diikat.
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada acara praktiku perbanyakan tanman dengan cara sambung di lakukan pada taman laboratorium
agronomi yaitu pada bunga ashoka yang berwarna merah dan kuning. Dimana madsud
dari teknik sambung ini yaitu untuk menyambungkan batang atas dan batang bawah
dari dua jenis tanaman yang berbeda namun masih terkait spesies yang sama. Pada
percobaan ini digunakan bunga ashoka yang berwarna kuning sebagai batang bawah
dan bunga warna merah sebagai batang atas.
Pemilihan batang atas dan batang bawah yaitu dipilih
ukuran batang atas dan bawah yang hampir sama diameternya. Batang atas yaitu
batang yang telah tua namun tidak teralu tua dan batang atas dipilih batang
yang masih hijau atau masih muda.
Disini digunakan teknik kail atau V. Diaman, pada batang bawah dibuat
seperti huruf V dan pada batang atas di buat seperti huruf V terbalik, sehingga
antara kambium batang bawah dan batang atas dapat menyatu dengan erat, seperti
yang dijelaskan oleh (Adinugraha, 2007) bahwa, dalam menyambung, perlu
diperhatikan bahwa daerah kambium tanaman bawah letaknya harus sangat dekat dengan
kambium tanaman atas. Atau juga dapat di artikan sebagai kambium antar kedua
sambungan antara tanaman atas dan tanaman bawah menempel satu sama lain, akan
tetapi dalam praktiknya hal ini jarang sekali terjadi. Baik tanaman bawah
maupun tanaman atas membentuk kakus. Jaringan kakus dari kedua tanaman tersebut
akan bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan
antar kedua kambium, yaitu kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman
atas. Dari sumber kambium tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air,
dan mineral secara kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa
gangguan
Percobaan ini hanya dilakukan satu buah
sambungan, dimana hasil akhir yang dapatkan yaitu tanaman mengalami mati pucuk.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang terampilnya dalam
melakukan sambungan seperti pada penyayatan batang atas dan batang bawah yang
tidak pas sehingga kambium antara batang atas dan batang bawah tidak menyatu,
pada saat pengikatan terjadi pergeseran antra batang bawah dan batang atas yang
tadinya telah disusun menjadi tidak menyatu, dan juga disebabkan oleh
lingkungan yang pada saat melakukan praktikum dalam kondisi cuaca yang sangat
panas, sehingga cepat terjadi evapotranspirasi yang menyebabkan batang atas
cepat kehilangan air.
BAB V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum
ini adalah sebagai berikut :
-
Sambung merupakan salah satu bagian dari
berbagai perbanyakan sauatu tanmaan.
-
Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman
dari berbagai tanaman dengan cara sambung seperti, tanaman hias (bunga ashoka).
-
Cara yang benar dalam menyambung yaitu
dengan membuat potongan seperti huruf v dan v terbalik untuk ujung atau pangkal
batang bawah dan pangkal batang yang akan disambung.
5.2
Saran
Dalam
praktikum ini mendapatkan kegagalan dalam percobaan penyambungan, hal ini
disebabkan salah satunya yaitu belum
terampilnya praktikan dalam melakukan teknik kerja yang baik dan benar,
sehingga harapannya untuk kegiatan berikutnya sebaiknya praktikan lebih
mempelajari terlebih dahulu taknik-teknik kerja dan melakukannya pada tanman
lain yang jika mengalami kegagalan tidak akan menyebabkan kerugian yang besar.
Daftar Pustaka
Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan
Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World Agroforestry Centre :Bogor.
Hamid, N Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada
Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) :
97 – 104.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka :
Surabaya
Saefudin. 2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan
Tanaman Jambu Mete. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
Industri. Vol. 1(7) : 150 – 155.
Sukendro, Andi. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga
(Colebr.) O.K. with Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 – 10.
Tambing, Y. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga Dengan
Waktu Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. Jurnal Agroland. Vol. 15 (4) :
296 – 301.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar setelah melihat blog, setidaknya ucapkan terimakasih setelah anda mengcopas artikel saya