Minggu, 04 November 2018

LAPORAN PRAKTIKUM TPV


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBIAKKAN VEGETATIF
 (Pembuatan Bangunan Persemaian/Pembibitan Kolektif , Pengisian Polybag, Pembuatan Media,Stek, Cangkok, Okulasi Dan Sambung)

                                              

Oleh :
Nama        : Sholikhatin
Npm          : E1J015010
Dosen       : Ir.Merakati Handayani.MSc
Shift          : jumat ( 10:00-12:00 )
Co-ass       : Ricci H


LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017



Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan antologi laporan teknik pembiakkan vegetatif ini. Laporan teknik pembiakkan vegetatif ini disusun berdasarkan praktikum yang telah dilakukan selama kurang lebih lima bulan. Dimana, praktikum ini dilaksanakan di laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu dan ada beberapa acara yang dilakukan di luar kampus universitas bengkulu.
Laporan ini tersusun atas beberapa acara praktikum, yaitu tentang cara pembiakkan vegetatif dengan cara cangkok, sambung, stek dan okulasi. Di dalam laporan ini dibahas satu persatu untuk setiap acara. Pembahasan dalam laporan ini merupakan hasil dari pengamatan lapangan yang di dapat selama praktikum berlangsung yang telah disesuaikan dengan literatur-literatur yang ada.
Dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna namun penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunannya baik dari segi bahasa maupun metodelogi penulisan yang baik. Dimana, dengan adanya laporan ini dapat memabah wawasan pembaca tentang cara pembiakkan vegatatif pada tanaman disamping sebagai syarat penilaian mata kuliah Teknik Pembiakkan Vegetatif yang berpraktikum. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 28 November 2017

Penulis





BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau pengadaan bibit.  Dalam konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemaian atau pengadaan bibit merupakan  salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman,  baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutannya fungsi  produksi pada rotasi berikutnya. Selain itu, kegiatan persemaian juga dipersiapkan  untuk menghasilkan bibit  yang akan digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka,  sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga berfungsi  menjamin keberlanjutan  fungsi lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan  persemaian juga merupakan salah satu  indikator yang menunjukkan  upaya  guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial.
Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang dilaksanakan dua tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas  areal yang harus di rehabiitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan, maka dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.

1.2  Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
·      Pada pembuatan bangunan persemaian kolektif :
1        Merencanakan kebutuhan bahan pembuatan bangunann persemaian kolektif
2        Menyebutkan dengan dua persyaratan lahan yang dapt dimanfaatkan (diperlukan) sebagai tempat persemain.
3        Menyebutkan pengaturan cahaya yang diperlukan dalam persemaian sampai bibit berumur enam bulan
4        Mendirikan bangunan persemaian dengan benar (memenuhi persayaratan teknis dan persyaratan agronomis)

·      Pada pembuatan media :
1.  Mengisi polybag dengan media tanah dengan benar
2.  Membuat medai dengan benar
3.  Menyusun polybag dengan benar


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sungkup adalah pelindung yang dapat menghindari tanaman dari air hujan. Salah satu pelindungnya bisa dengan membangun greenhouse. Namun karena green house mahal, maka diperlukan alternatif lain yang dapat melindungi tanaman secara ekonomis. Alternatifnya adalah membuat green house mini berupa sungkup plastik. Dalam membuat sungkup plastik tersebut bisa menggunakan rangka bambu atau rangka besi (Anonim, 2011).
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2007).  
Dalam praktikum ini memiliki topik yang berjudul pengisian polybag dan pembuatan media tananam fungsinya yaitu agar kita tau cara mempersiapkan media tanam yang baik dan benar. Tanaman memerlukan media dan bahan tanam yang sesuai untuk mendapatkan produk akhir yang maksimal. Media tanam didefinisikan sebagai tempat tumbuh kembang tanaman. Media tanam sangat berperan karena fungsinya yang menyediakan nutrisi bagi tanaman, tempat berkembangnya perakaran, tempat tersedianya air serta penopang tanaman agar tumbuh tegak.Saat ini, media tanam tidak hanya berupa tanah. Pasir, gel, sterofoam, batu, sekam, serbuk kayu, dan air dapat dimanfaatkan sebagai media tanam. Adanya inovasi tersebut, akan mengurangi penggunaan tanah dan memanfaatkan bahan-bahan sisa sehingga bahan-bahan sisa tersebut akan bernilai ekonomi. Penggunaan media tanam harus disesuaikan dengan jenis tanamannya. Hal ini dikarenakan media tanam merupakan tempat tinggal tanaman. Sehingga media tanam harus didesain sedemikian rupa agar tanaman merasa nyaman. Dengan demikian, hasil yang diperoleh akan maksimal. Akan tetapi tidak semua media tanam yang harus diperhatikan. Bahan tanam yang digunakan sebagai tempat sumber hara bagi tanaman juga perlu diperhatikan. Karena kandungan hara yang tersedia pada bahan tanam juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sehingga kedua hal tersebut harus diperhatikan karena saling terkait satu sama lain (Novis,2015).




BAB III. METODELOGI

3.1   Alat dan Bahan
3.1.1        Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan bangunan persemaian/ pembibitan kolektif :

·         kayu pancang
·         bambu
·         paku
·         meteran
·         garpu
·         gergaji
·         tali rafia
·         plastik bening (transparan)
·         cangkul
·         sekop
·         parang
·         palu



3.1.2         Alat  dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pembuatan media :

·         Cangkul
·         Ember
·         Sekop kecil
·         Gunting
·         Pisau
·         Air
·         Tanah
·         Pasir
·         Polybag (15 x 20)


3.2    Langkah Kerja
3.2.1        Pembuatan pembibitan kolektif :
1.      Persiapan bedengan peremaian
-          Meratakan tanah dan membersihkan dari gulma yang tumbuh di atas bangunan
-          Mengukur bedengan dengan panjang 350 cm dan lebar 150 cm. Dibuat pembatas bedengan dengan papan serta dibuat parit sedalam 10 cm disekeliling bedengan.
-          Dengan menggunakan sekp, di bagian tengah sepangjang bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan dilapisi dengan plastik bening serta diisi dengan air.
2.      Pembuatan naungan dan sungkup semaian
-          Pada masing-masing ujung bedengan ditancapkan bambu, dengan ketinggian sebelah timur 1,5 m dan sebalah barat 1,25 m di atas bedengan dibentangkan pilahan-pilahan bambu dengan jarak 30-40 cm dan diikat dengan kuat.
-          Dipasang atapdan tata secara teratur, sehingga pengayaan di bawah naungan 25-30 %
-          Dibuat kerangka sungkup dari bambu dengan ukuran panjang 3 m dan lebar 1,2 m serta tinggi bagian tengah 90 cm
-          Menutupi kerangka bambu dengan lebaran platik pada sekeliling bagian bawah kerangka lembaran platik dilebihkan -+ 15 cm
3.      Pembuatan nauangan pemeliharaan
-          Dibersihkan permukaan tanah tunggul-tunggul lalu diratakan
-          Ukuran naungan : lebar 3 m x panjang 15 m x 2 m tinggi
-          Diberi naunagn di atas kerangka dari bambu.
3.2.2        Pembuatan Media
·         Pada bedengan
-          diukur panjang dan lebar bedengan yang diinginkan, (lebar 1-1,5 m, panjang 1,5 m)
-          digemburkan tanah pada bedengan sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.
-          Dicampurkan pupuk kandang ke tanah bedengan, dengan kira-kira perbandingan tanah terolah, pupuk kandang dan tanah 1:1
-          Diberikan batas keliling bedengan dengan belahan bambu atau papan agar media tidak longsor
-          Menyiram media di bedengan tersebut sampai lembab
-          Media siap ditanam bahan tanaman
·         Pada polybag
-          Diambil tanah bagian atas (lebih kurang smapai ketebalan 25 cm dari permukaan )
-          Diambil juga pupuk kandang dan sekam padi
-          Dicampurkan tanha bagian atas dan pupuk kandang dan sekam padi secara merata dengan perbandingan 1:1:1, berdasarkan volume.
-          Diambil polybag yang teah dilubangi
-          Dimasukkan media ke dalam wadah polybag
-          Diisi polybag ½ bagian dan dihentakkan k yanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampaidua pertiga bagian jatuh-jatuhan kembali tiga kali selanjutnya diisi sampai penuh
-          Disusun media polybag pada bedeng-bedeng pembibitan
-          Disiram media tanam sampai lembab
-          Media dalam wadah siap ditanam dengan bahan tanman yang telah disediakan.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
 
Gambar 4.1 keadaan sungkup yang telah jadi dimana, di dalamnya terdapat media  polybag yang telah terisi bahan yang ditanam.

4.2   Pembahasan
pada praktikum teknik pembiakan vegetatif secara keseluruhan dilakukan acar pertama yaitu pembuatan media dan pembibitan kolektif atau sungkup. Dimana, pembuatan media dan sungkup ini akan digunakan pada acara praktikum selanjutnya. Pelaksanaan acara praktikum ini dilaksanakan di sekitaran laboratorium agronomi dengan bahan-bahan dikumpulkan dari luar kampus seperti bambu dan kayu.
Praktikum ini dilaksanakan pershift. Pada shift ini membuat satu sungkup dan 40 buah media tanam di polybag yang berukuran 15 x 20 cm.  pembuatan media dan sungkup dilakukan secara bersamaan dengan pembagian tugas masing-masing.
Pada pembuatan sungkup hal yang utama di buat adalah kerangka sungkup. Kerangka sungkup dbuat dari belahan bambu yang lentur dan kayu yang kemudian di balut dengan plastik bening. Ukutran yang dipakai dalam pembuatan sungkup ini adalah lebar 1,2 m dan panjang 1,5 m serta tinngi 90 cm. bentuk dari sungkup ini hampir menyerupai keranda orang meninggal. Dengan bentuk setengah lingkaran. Bentuk ini digunakan belahan bambu yang telah dibersihakan yang lebar belahannya sekita 2-4 cm dengan panjang 1,5 m. Tiang penyannga uta terdapat dua buah yaitu di ujung-ujung keranda dan empat kerangka utama tempat terikatnya bambu yang telah di lengkungkan tadi, tiang-tiang utama ini terbuat dari kayu balok yang berukurn -+ 2,5 x2,5 cm.
Setelah kerangka jadi, sebelumnya telah tersedia lubang/bedengan sungkup yang diapit oleh media-media polybag yang telah terisi tanah. Polybega disusun secara rapi disisi bedengan yang telah berisi air.  Bedengan ini berukuran 1,5 atau sesuai panjang kerangka sungkup tadu dan lebarnya -+30cm, diman ditengah-tengah bedengan tersebut telah terisi air. Madsud dari pemberian air ini yaitu mengacu  pada fungsi dibuatnya sungkup itu sendiri yaitu untuk menjaga kelembaban, dengan tersedianya air didalam sungkup, maka pada cuaca yang panaspun leju evorasi yang meningkat akan tetap terjaga kelembabannya sihingga suhunya pun dapat dipertahankan stabil.


BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah dalam melakukan teknik pembiakan tanaman vegetatif dibutuhkan media yang nanti digunakan untuk pindah tanam dari bagian yang dikembangbiakkan.  Dalam hal ini dibutuhkan pembibitan kolektif atau sungkup sebagai temapat media yang baru dipindahtanamkan ke polybag dengan tujuan untuk mempertahankan keembabannya. Dimana, sungkup ini terbuat dari bambu dan kayu yang dibungkus dengan platik bening.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini diperlukan tenaga yang besar dan keadaan tubuh yang segar karena pembuatannya memerlukan waktu lama dan teknik pengerjaanya yang agak sulit.sehingga diharapkan praktikan lebih mempersiapkan tenaga sebelum melakukan praktikum ini. Serta dalam pembuatannya mesti dilakukan berdasrkan petujuk yang ada pada buku praktikum agar apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan praktikum.

Daftar Pustaka

Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World Agroforestry Centre :Bogor.
 T, Moh. Arfan. Zainuddin Basril, Fathurrahman.2016.Pengaruh Sungkup Dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Umbi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu di Dataran Medium .Universitas Tadulako:Palu.


LAMPIRAN


-           
 
Gambar 1. keadaan bedengan  ketika sungkup telah dibuka setalah -+2 bulan, yang telah ditumbuhi gulma.
Gambar 2. Keadaan ketika pembukaan sungkup(keadaan dalam sungkup).




Acara  2 : perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok

BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat melakukan pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan(Kusumo 2001).
Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangbiakan agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut airlayerage atau disebut juga bumbun(Kusumo 2001).
Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah(Ashari, 2005).
1.2  Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.       memahami bahwa cara cangkokan adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
b.      Melakukan perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara cangkokan.
c.       Mengerti dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam mencangkok dari berbagai jenis tanaman.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya.  Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini.  Caranya ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.  Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagiankayunya,  sehingga lapisan kambiumnya hilang samasekali.  Selanjutnya pada bagian yang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik.  Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah kekeringan (Nagaraja, 2008).
Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yangdigunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secaracangkok ini merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akantetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan luka yangkering atau mati. Perkembangbiakan secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga ( Wudianto, 2006).
Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit. Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Harman, 2004).
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warnamasih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dansempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil sebesar jariataupun pensil. Cabang yang dicangkok tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 32-42 cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah. Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arahbawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidratdan auksin, dan dengan adanya media perakaran yang baik karbohidrat dan auksin tersebutakan menstimulir timbulnya akar. Media perakaran cangkok yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).
Setelah berakar, cangkokan dapat diambil. Cara mengambilnya ialah dengan memotong cangkokan di bawah keratan akar tersebut. Kemudian bibit cangkokan itu langsung dapat ditanam. Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng, cangkokan harus ditanam dahulu dalam keranjang atau pot yang diisi dengan tanah dan pupuk kandang. Selama dalam keranjang, tanahnya harus dijaga agar tetap basah dan ditaruh di tempat yang teduh tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung, agar tidak terjadi penguapan organ cangkokan yang dapat mematikannya. Setelah muncul tunas-tunas atau daun-daun yang baru,cangkokan dapat dipindahkan ke lapangan(Veergawathathan, 2009).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga. (Herawan, 2003).



BAB III. METODELOGI

3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

·         Batang/cabang sawo
·         Plastik putih
·         Tali rafia
·         Pisau cauter
·         Ember

3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.       tahapan mencangkok adalah sebagai berikut :
-          menentukan pohon induk (tidak terlalu muda dan tua)
-          sudah pernah berbua dan berbungga (tanman hias) dan berbuah (tanman buah)
-          tumbuh kuat dan subur, tidak terserang hama penyakit
-          mempunyai banyak cabang.
b.      Memilih cabnag/ranting
-          Ukurannya tidak terlalu besar (sebesar kelingking atau pensil)
-          Bentuk cabang tegap dan mulus dan berwarna coklat muda
-          Panjang cabang antara 20-30 cm
-          Jumlah daun cabang banyak
-          Cabang mnegarah ke atas atau ke samping
c.       Menyayat dan mengupas kulit kayu
-          Bear kecilnya sayatan disesuaikan dengan diameter cabnag/batang.
-          Cabang kecil sayatan -+ 2 cm arah vertikal, cabang fertikal sayatan > 2 cm, sepertiga abang arah horixontal sayatan berada tepat di bawah kundup daun.
-          Kambium dikerok
-          Membungkus cangkokan


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan cangkok pada sawo
Cangkokan
Waktu pengamatan
1 MST
3 MST
5 MST
1
Belum terlihat perubahan pada kalus maupun daun
Belum terlihat kalus, namun daun sudah layu
Cabang mati dan daun berguguran
2
Belum terlihat perubahan pada kalus amaupun daun
Belum terlihat kalus, namun daun sudah layu
Cabang tetap hidup dan kalus ada namun tidak terlihat dari luar plastik
3
Belum terlihat perubahan pada kalus amaupun daun
Belum terlihat kalus namun daun layu dan banyak gugur
Cabang mati dan daun berguguran

4.2 Pembahasan
Pada acara perbanyakan tanaman dengan mencangkok, disini praktikan di bagi ke dalam beberapa kelompok. Salah satunya yaitu mendapatkan tanaman sawo
Tahapan yang dilkukan dalam mencangkok ini yaitu pemilihan batang yang baik dan bagus bahan cangkokan ini diambil di salah satu rumah kos praktikan yang berada di luar daerah kampus universitas bengkulu. Mencangkok tanaman sawo. Tahapan yang dilakukan selanjutnya yaitu, melakukan pengelupasan kulit batang/cabang. Pengelupasan ini dilakukan dengan menggunakan pisau sepanjang 4 cm, hal ini sesuai dengan pendapat nagaraja, 2008 yang meyatakan bahwa, Caranya mencangkok ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm.  yang kemudian dikikis lendir atau kembiumnya. Hal ini bertujuan untuk menjega berlangsungnya pertumbuhan antara batang dn cabang yang kita cangkok sehingga kambium atau floem antara batang dan cabang yang kita cangkok terputus dan akhirnya hasil fotosintesis hanya akan terkumpul di luka yang terbuat diujung pangkal begian cabang dan kaluspun akan muncul disana, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh putri, 2007 yang menyatakan bahwa, pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidratdan auksin, dan dengan adanya media perakaran yang baik karbohidrat dan auksin tersebutakan menstimulir timbulnya akar.
Pencangkokan disini digunakan plastik bening dan tanah serta pupuk kandang hal ini sesuai pendapat herawan, 2003 yang menyatakan bahwa,  dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1) dalam membuat media untuk cangkokan. Panajang cabang yang dilukai yatu sepanjang 4 cm dan dibungkus dengan plastik ukuran ¼ kilo. Lalu kemudian diikat menggunakan tali rafia. Setelah diikat plastik tersebut di tusuk-tusuk dengan kayu kecil yang tajam, hal ini bertujuan untuk memberikan lubang udara utuk masuk keluarnya air maupun respirasi organisme maupun sel yang tertupi dalam plastik tersebut. Lubang yang di berikan kurang lebih sebanyak lima puluh lubang secara merata.
Dari percobaan yang kami laksanakan hanya satu dahan yang mampu membentuk kalus pada tanaman sawo. Waktu pembentukkan kalus ini tidak diketahui secara pasti. Karena praktikum ini hanya dilakukan sebats pengerjaan proses pencangkokannya.




BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
-          Cangkok merupakan salah satu bagian dari berbagai perbanyakan suatu tanmaan.
-          Dapat dilakukannya perbanyakan tanaman dari berbagai tanaman dengan cara mencangkok
-          Cara yang benar dalam mencangkok yaitu dapt memilih batang dan melakukan teknik mencangkok dengan baik dan benar dengan mengelupas kulit batang dan mengikis folem secara bersih dan menutup dengan media yang kaya akan unsur hara.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini dibutuhkan ketelitian dan kecekatan yang tinggi, kerena apabila terjadi sedikit kesalahan baik dalam menyayat bayang bawah maupun batang atas terjadi kesalahan hingga mata tunasnya terluka atau pada saat pengikatan tempelan mata tunas pada batang bawah bergeser sehingga okulasi tersebut tidak akan berhasil malah akan menyebabkan tanaman itu mati. Maka dari itu, untuk praktikum okulasi dimasa yang akan datang diharapkan agar bisa melakukan praktikum dengan baik dan benar sehingga hasil yang diharapkan tercapai.



Daftar Pustaka

Ashari, S. 2005. Holtikultura.UI-PRESS, Jakarta.
Harmann, H.T. and D.EKester. 2004. Plant propagation principles and practices.Prentice-Hall,Inc. Englewood Cliffs, New Jersey
Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2. Hal. 43 – 48. Pusat Penelitian danPengembanganBioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta
Kusumo,S.2001. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta
Nagaraja, G.S., B.G. Muthappa Rai dan T.R. Guruprasad. 2008. Effect of intermittent mist and growth regulator on propagation of Jasminum grandiflorum by different types of cuttings. Haryana J.Hort. Sci. 20 (3-4) : 183-188.
Putri, R. 2007. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya : Jakarta
Wudianto, J.A. 2006. Tropical fruit; The tropical agriculture series of which this volume part. The editorship of Gordin. Wrigley.
Veergavathathan, D., V.N. Madhava Rao and K.G. Shanmugavelu. 2009.Aphysiological analysis of shy rooting behaviour of Jasminum auriculatum, Vahl. Cv. Parimullai stem cuttings. South Indian Horticulture




LAMPIRAN

Gambar kegiatan pada saat melakukan cangkok di salah satu rumah praktikan.
Gambar terkait














Acara  3 : perbanyakan tanaman dengan stek (cuting)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa macamnya salah satunya dalam kerajaan tumbuhan. Sebagai contoh adalah buah-buahan seperti buah mangga. Buah mangga memiliki banyak varietas yang mana terdapat kelebihan dan kekurangan di setiap macamnya. Permintaan pasar akan varietas unggulan dengan rasa, tekstur, aroma buah yang diminta tidak sebanding dengan keadaan lapang yang tidak mampu menghasilkan buah sebanyak yang diminta. Melakukan intensifikasi lahan cukup menguras biaya input lebih dari tanaman mangga yang biasa, akhirnya sampai pada tangan konsumen dengan harga yang tinggi. Mengetahui harga mangga yang tinggi para konsumen akan merubah  pikirannya untuk tidak menkonsumsi mangga jenis ini, dan dampaknya akan merugikan bagi para pedagang, tengkulak, dan juga petani akan menerima harga  jual yang sangat murah dan tidak mendapat keuntungan.
Tanaman merupakan bahan pokok untuk melakukan kegiatan dalam  bidang pertanian. Bidang pertanian sendiri cukup luas yaitu mencakup perikanan, kehutanan, perkebunan, dan peternakan sehingga negara Indonesia disebut sebagai negara maritim karena memang mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Sedangkan dalam arti yang sempit pertanian adalah kegiatan  bercocok tanam, membudidayakan, dan merawat tanaman dengan tujuan memperoleh keuntungan komersial dari produk tanaman tersebut. Jadi pertanian hanyalah kegiatan seputar tanaman dan hubungannya dengan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman  baru. Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk  buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang, perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan, setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi. Sedangkan kerugian bibit dari setek yaitu perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh, apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Memahami bahwa carasetek adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.    Melakukan perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara setek.
3.    Mengerti dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam menyetek dari berbagai jenis tanaman.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek  pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Secara garis  besar, langkah-langkah perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut: memilih  pohon induk yang dikehendaki sebagai sumber pengambilan stek, memilih disesuaikan dengan sifat yang dikehendaki, menurut tujuan pertanaman, memilih cabang dari pohon induk yang sesuai dengan persyaratan untuk bahan stek, memotong cabang yang terpilih dengan arah potong serong atau miring, memangkas daun sehingga tersisa sepasang daun, memotong daun yang tersisa sehingga tertinggal 1/3 – 1/2 bagian, merendam pangkal stek dengan zat  perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang pertumbuhan akar stek, menanam stek dalam polibag yang telah diisi dengan media, menempatkan  polibag dalam naungan, menyiram dengan air secukupnya dan teratur (Purnomosidhi dkk. 2007).
Menurut Balestri (2012), ada dua utama sumber bahan tanam untuk restorasi: stek (batang, rimpang atau tunas) yang diperoleh penipisan berdiri mapan, dan benih. Penanaman stek memiliki kelebihan tertentu atas unggulan menabur untuk program skala besar. Stek dapat diambil secara teoritis sepanjang tahun dari saham alami, sementara benih yang tersedia dalam waktu yang relatif singkat dan untuk beberapa spesies tidak selalu kecukupan pasokan benih. Selain itu, tanaman regenerasi dari stek klon genetik dari saham induknya, sehingga mereka dapat kembali diperkenalkan dengan aslinya habitat asli tanpa mengubah integritas genetik dari populasi. Meskipun berpotensi efisien, sistem ini dibatasi dalam praktek oleh ketidakmampuan stek beberapa spesies untuk mengembangkan terstruktur dengan baik sistem akar cepat setelah tanam.
Sumber bahan stek yang terbaik dijumpai pada tunas akar karena hormon auksin terdapat pada ujung akar sehingga mempercepat terjadinya proses  pembentukan akar dan tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm. Penambahan konsentrasi auksin yang tepat dapat berpengaruh terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat tmempercepat terbentuknya tunas. Kombinasi perlakuan terbaik adalah sumber  bahan stek tunas akar dan konsentrasi auksin 0,50 ppm(Halimursyadah, dkk., 2014).
Akar merambat di antara struktur batang stek shea. Stek set dengan  petioles dipertahankan adalah yang terbaik untuk perakaran. Mengairi sekali pada stek dalam struktur, terutama di bin merambat mencatat rooting tinggi. Zat tumbuhan seperti gula dan jumlah fenol gratis memainkan peran yang sangat  penting dalam perakaran stek batang. Tingkat infeksi rendah ketika stek dengan  petioles sisa yang diairi sekali sehari. The Seradix Hormon meningkatkan kinerja  perakaran batang stek shea. Ketika petioles dipertahankan pada stek, tingkat gula larut dan tidak larut dan fenol yang tinggi. Hal ini juga diamati untuk mengairi sekali, yang memberikan tingkat yang lebih tinggi (Yeboah, 2011).
Pertumbuhan akar baru pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek. Pada tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru. Terdapat konsentrasi IAA yang lebih tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh dibandingkan pada kuncup yang tidak sedang tumbuh. Pemberian auksin dalam konsentrasi yang sangar rendah akan memacu pemanjangan akar bahkan  pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan hampir selalu terhambat. Pada pengamatan seluruh parameter menunjukkan  pertumbuhan stek pucuk jauh lebih baik dibandingkan dengan stek batang pada setiap konsentrasi ZPT yang diberikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi yang terjadi antara bahan stek dengan konsentrasi ZPT yang diberikan (Supriyanto dan Prakasa, 2011).
Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu pembentukan akar stek, sehingga akar stek menjadi lebih cepat terbentuk dan lebih banyak. Perendaman stek dalam 25% air kelapa selama 8 jam mampu meningkatkan jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol, dengan demikian, semakin banyak  jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol. Dengan demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek lada yang terbentuk, maka kemungkinan akar bibit untuk dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin  besar/banyak, dan ini berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh CMA. Kemudian, semakin cepat inisiasi akar terjadi maka kemungkinan CMA untuk menginfeksi akar bibit stek lada juga akan semakin cepat. Selanjutnya persentase dan intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat dengan meningkatnya  pertumbuhan bibit stek lada bersama waktu/umur bibit (Aguzen, 2009).
1.    Keuntungan bibit dari setek adalah:
     Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan. Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
2.    Kerugian bibit dari setek adalah :
    Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan oleh orang perkebunan buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai dalam ukur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu juga diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mampunyai akar, batang , dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Setek sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja (Erry, 2006).




BAB III. METODELOGI

3. 1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

·         Tanaman/cabang kopi
·         Rootone F
·         Atonik
·         Plastik bening
·         Ember
·         Tali rafia
·         Paku
·         Meteran ukuran 5 m
·         Polybag hitam
·         Pisau okulasi
·         Palu
·         Parang
·         Cangkul
·         Gunting stek
·         Pancang kayu
·         Bambu
·         Gelas ukur


3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mempersiapkan bedengan persemaian (telah ada di acara sebelumnya)
2.      Membuat naungan dan sungkup (telah ada diacara sebelumnya)
3.      Menyediakan bibit, dilakukan sebagai berikut :
a.       Memilihan bahan tanam
Memiliki bahan tanman yang dijadikan sebagai bahan praktrek yang diambil dari pohon induk yang sehaa, tidak ada gejala penyakit serta berwarna hijau. Memilih cabnag yang berasal dari cabang orthotrop/tunas wiwilan/air/buku dari sulur panjat dan atau cabang buah/daun.
b.      Menyiapkan media tanam
Media tanman yang digunkan untuk stek adalah campuran tanah yang diambil dari lapisan atas (top soil), pupuk kandang (kotoran sapi), pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media tanam yang telah disampur dimasukkan ke dalam polybag yang telah disediakan, kemudian disiram hingga jenuh air dan dibiarkan beberapa saat.
c.       Membuat stek (stek cabang/batang)
-          Memotong stek dari cabang yang dipilih dengan panjang 15-30 cm.
-          Memotong pangkal stek dengan sudut 45◦ di bawah buku sekitar satu cm.
-          Merendam stek dalam air hingga saat tanam dengan larutan atonik 10cc/liter.
-          Sebelum ditanam, pangkal stek pada bidang potongnya dioleskan rootone F yang telah berbenuk pasta.
4.      Penanaman dan penyungkupan
a.       Membuat lubang tanman sedikit lebih besar dari diameter stek dengan kedalamn 3-5 cm di tengah polybag.
b.      Menanam stek dalam polibag dengan menggunkan tangan kanan, sambil dipadatkan dengan ibu jari dan telunjuk ke arah batang setek agar stek dapat berdiri tegak dan kokoh.
c.       Meletakan polybeg di bawah sungkup yang ternaungi.
d.      Melakukan penyiraman pada stek yang telah ditanman untuk menghilangkan tanah atau kotoran lain yang melekat pada daun.
e.       Menutup sungkup dengan plastik bening dengan rapat agar tidak kena pengaruh suhudan kelembaban dari luar sungkup.



BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Hasil  yang didapatkan selam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil pengamtan stek.
Perlakuan
Keterangan
Hidup
Mati
0,25
9
1
0,5
10
0
0,75
12
0
Kontrol
10
0
Gambar keadaan tanaman hasil stek setalah berumur 5 minggu MST.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum acara perbanyakkan tanaman dengan cara stek terlebih dahulu dilakukan yaitu memilih bahan batang yang akan di stek. Bahan yang digunakan dalam acara ini yantu bunga bougenvile yang terdapat dilingkungan kampus dimana batang dari bunga tersebut terlihat sehat bebas terhadap hama dan penyakit dan memiliki batang yang kuat dan telah pernah berbunga.
Batang bunga bougenvile yang telah di ambil sebagai bahan setek dibagi menjadi 42 potong  sepanjang 25-30 cm. Setiap sepulah potong dilberikan perlakuan yang berbeda yaitu, pemberian rootone F dengan konsentrasi 0,25%;0,5%;0,75% dan kontrol. Pemberian rootone F disini berfungsi sebagai ZPT yang dapat merangsang terbentuknya kalus atau akar, seperti yang dijelaskan oleh Purwonhigihi, 2007 bahwa ia mengatakan bahwa, merendam pangkal stek dengan zat  perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang pertumbuhan akar stek.
Pemotongan batang dilakukan secara miring 450, hal ini bertujuan untuk mendapati kaluas yang banyak dari luasnya kambium yang terbuka. Namun sebelumnya dilakukan perendaman dengan larotan atonik untuk membuhunh hama atau penyakit pada batang. Setelah itu, dilakukan penanaman dengan mebuat lubang tanam sedalan -+5 cm pada polybag.
Hasil akhir yang didapatkan dari pengamatan sapai minggu ke5 yaitu didapatkan bahwa pemberian rootone F 0,25% mendapati bunga hidup sebanay 8 batang dan mati sebanyak 2 abtang; perlakuan 0,5 %, hidup 10 batang dan tidak ada yang mati; perlakuan 0,75 % hidup sebanyak 11 batang dan mati satu batang dari 12 batang yang diberikan; untuk kontrol batang stek hidup semua sebanyak 10 batanag. Jadi, dari data tersebut dapat diketahui bahwa pemberian rootone F sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan akar pada batang tirutama pada percobaan stek ini.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
-          Stek  merupakan salah satu bagian dari berbagai perbanyakan sauatu tanmaan.
-          Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman dari berbagai tanaman dengan cara stek sperti, bunga bougenvil dan tumbuhan yang memiliki kambim.
-          Cara yang benar dalam mencangkok yaitu dapat memilih batang dan melakukan teknik menstek dengan baik dan benar yaitu dengan memetong secara miring bagian batang yang akan menjadi bagian bawah batang.
5.2 Saran
Pada praktikum ini dilakukan dengan cara praktikum yang masih kurang lengkap yaitu pengamatan setelah dilakukannya stek, sehingga hasil praktikum yang ingin dicapai kurang terpenuhi dalam memahami cara perbanyakkan vegetatif, harapannya untuk praktikum yang akan datang tidak ada dar metode praktikum yang tertinggal untuk dilaksanakan, sehingga sehabis praktikum ini praktikan langsung mampu untuk melakukannya di luar lingkungan kampus.



Daftar Pustaka

Aguzaen, H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgronobiS , 1(1): 36-47.
Balestri, E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C. Lardicci. 2012. Application of Plant Growth Regulators, A Simple Technique for Improving The Establishment Success of Plant Cuttings in Coastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 99: 74-84
Erry, R. 2006. Membuat Cangkok, Stek, dan Okolasi. Penebar Swadaya : Jakarta
Frasiskus, harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan  Vegetatif Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International: Bogor
Halimursyadah, Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014. Perbanyakan Vegetatif Nanas (Annanas comusus L. Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan Konsentrasi Auksin. AgrIBA, 2: 99-106
Prastowo, N. H.et al. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman  Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional: Bogor
Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga,  Jeruk, Melinjo, dan Sawo. ICRAF: Bogor
Supriyanto dan K. E. Prakasa. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootane-F terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. Silvikultur Tropika, 3(1): 59-65.
Yeboah, J., S.T. Lowor., F.M. Amoah., dan F. Owusu-Ansah. 2011. Propagating Structures And Some Factors That Affect The Rooting Performance Of Shea ( Vitellaria paradoxa gaertn) Stem Cuttings.  Agriculture and  Biology Journal Of North America, 2(2): 258-269.







LAMPIRAN

  









Acara  4 : perbanyakan tanaman dengan cara okulasi 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya. Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas Pertanian untuk menghasilkan Sarjana ynag memiliki keahlian dalam membiakkan tanamnan secara Vegetatif.

1.2    Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      memeahami bahwa cara okulasi adalah salah satu baian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.      Melakukan perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara okulasi.
3.      Mengerti dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam mengokulasi dari berbagai jenis tanaman.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk lalu dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari kedua tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan mata tunas (entres) harus menggunakan pisau okulasi (Sipayung, 2015).
Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dalam okulasi batang bawah disebut rootstoc dan batang atas disebut entres. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Pada proses pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari pembiakan generatif yang masih muda. Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang diambil adalah yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua (Parto Rahardja dan Wahyu Wiryanta, 2003).
Yusran (2011) menyatakan bahwa penyambungan antara dua tanaman yang serasi akan menghasilkan tanaman yang kuat dan berumur panjang. Selanjutnya Yusran (2011) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi adalah fisiologi tanaman, kesehatan batang bawah, kondisi kulit batang bawah, iklim pada saat okulasi berlangsung dan juga faktor teknik seperti keterampilan dan keahlian dalam pelaksaanaan okulasi serta peralatan yang dipergunakan.
 Batang bawah yang biasa digunakan untuk penyambungan dan penempelan pada prinsipnya harus mampu menjalin persatuan yang normal dan mampu mendukung pertumbuhan batang atasnya tanpa menimbulkan gejala negatif yang tidak diinginkan. Untuk batang bawah yang perlu diperhatikan adalah sistem perakarannya (Desti, 2010).
Persatuan antara batang bawah dan batang atas (entris) dapat terjadi bila pada letak penempelan terjadi aktivitas pembelahan kambium dan cukup kandungan hara. Kebutuhan akan hara berupa bahan organik sangat menentukan keberhasilan okulasi dimana tindakan pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas tanah yang dipupuk terutama pada lahan marjinal dengan kandungan unsur hara yang sedikit tersedia. Pemupukan di pembibitan jeruk merupakan salah satu hal yang penting karena mendukung pertumbuhan bibit yang baik (Mardhiah, 2008).
 Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Pada beberapa jenis tanaman seperti kaktus dikenal beberapa macam cara perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek (cuttings) dan okulasi (budding). Sedangkan perbanyakan secara sambungan (grafting) dan cangkokan (air layering) (Marietje. 2010).
Macam okulasi ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown budding). Okulasi hijau dilaksanakan pada bibit umur 5-6 bulan dan okulasi coklat umur 9-10 bulan.
a.   Pada okulasi hijau : entres diperoleh dari cabang dengan 2 payung berumur 5-6 bulan dengan payung berwarna hijau tua segar.
b.  Pada okulasi coklat : dilaksanakan pada bibit umur 9-10 bulan. Sampel yang digunakan berumur 6-12 bulan dan berwarna coklat.




BAB III. METODELOGI

3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan dalam praktikum ini yaitu :

·         Benih durian
·         Mata tunas durian
·         Plastik pembungkus
·         Polybag ukuran 30 x 40 cm
·         Kertas label
·         Pisau okulasi
·         Cutter



3.2 Langkah Kerja
Teknik okulasi yang digunakan dalam raktikum kali ini adalah teknik okulasi segi empet dengan tahapan sebagai berikut :
1.      Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut ditempelkan kembali agar kambiaum tidak mengering.
2.      Batang atas /mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
3.      Selanjutnya mata tunas ditempelkan pada batang bawah, selanjutnya diikat dengan platik pengikat.
4.      Hasi okulasi dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi mmbuka plastik pengikat. Okulasi hidup ditandai dengan masih tetap hijau mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.


BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Gambar okulasi pada batang durian.
4.2 Pembahasan
Pada acara praktikum acara perbanyakan tanaman dengan cara okulasi atau penempelan mata tunas baru ke batang induk lain ini digunakan batang durian  sebagai bahan tanam pada praktikum ini. Digunakan anak batang durian yang berumur lima bulan. Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan samping lab agronomi. Dimana, pada satu polibag yang berukuran besar terdapat tiga buah anak batang durian. Disini digunakan pisau kulasi untuk pengupas kulit pada batang bawah atau induknya.
Teknik okulasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat, dimana, perisai dan jendela okulasi beberbentuk segi empat. Ukuran untuk perisai dibuat lebih kecil dari pada jendela okulasi, hal ini bertujuan agar ada bagian pada perisai yang menempel pada jendela okulasi dan terjadi perpindahan unsur hara yang baik. Hal ini juga dikatakan oleh (Adinugraha, 2007) bahwa, pada Jaringan kakus dari dua tanaman  akan bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan antar kedua kambium, yaitu kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas. Dari sumber kambium tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan mineral secara kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa gangguan.
Pada pertautan sambungan juga ditentukan kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai batang atas. Dari hasil pengamatan terlihat adanya gejala inkompatibilitas antara batang bawah dengan batang atas. Dimana, Inkompatibilitas adalah keadaan kegagalan batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan. (Saefudin, 2009).
Kegagalan yang ditunjukkan yaitu mati pucuk dan berakhir pada mati secara keselutuhan batang pada percobaan ini berkemungkinan disebabkkan oleh beberapa faktor seperti kurang terampilnya kami malakukan teknik kerja okulasi, seperti terjadinya luka pada mata tunas yang endak ditempelkan, tidak pesnya pengikatan dengan platik pengikat sehingga perisai tidak tepat terhubung dengan jendela okulasi, kurang bersihnya tunas pada saat dilakukan penempelan, dan juga keadaan lingkungan yang berubah. Hal ini juga diungkapkan oleh (Hamid, 2011) bahwa, gejala-gejala inkompatibilitas diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam persentase yang tinggi, daun menguning,pertumbuhan vegetatif menurun, mati pucuk dan tanaman merana, tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata dalam kecepatan tumbuh atau ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan scion (batang atas), dan perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau sebagian batang bawah sambungan.


BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
-          Okulasi merupakan salah satu bagian dari berbagai perbanyakan sauatu tanmaan.
-          Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman dari berbagai tanaman dengan cara okulasi seperti, tanaman durian.
-          Cara yang benar dalam mengokulasi yaitu dengan menyayat secara hati-hati batang bawah dan batang atas tanman yang akan di tempel.
5.2 Saran
Dalam melakukan perbanyakan okulasi dibutuhkan keterampilan yang baik seperti kecekat dalam membuat membuat perisai okulasi dan jendela okulasi karena hal ini menjadi suatu hal yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan okulasi, jadi sebelum melakukan okulasi pada bahann tanamn sebaiknya praktikan berlatih terlebih dahulu pada tanaman lain yang nantinya jika agal tidak akan menimbulkan kerugian.

Daftar Pustaka

Hayati, Mardhiah. 2008. Respons Tunas Kaktus (Mammilaria myriacantha) Pada Berbagai Konsentrasi NAA dan BAP Secara In Vitro. Vol 3 No : 1 Hal 26 - 34
Pesireson, Marietje. 2010. Pengkajian Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif (Okulasi Mata Entris dan Sambung Pucuk). Vol VI No : 1 Hal 25 -29.
Rahardja, Parto dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Bandung.
Rohmatiningtyas, Desti. 2010. Skripsi : Perbanyakan Tanaman Mangga dengan Teknik Okulasi di Kebun Benih Pangan dan Hotikultura Tejomantri. Universitas Sebelas : MaretSukarta
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan
Yusran, Abdul Hamid. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Vol IV No : 2 Hal 97 – 104


LAMPIRAN

Gambar kegiatan okulasi pada batang durian
  

Acara  5: perbanyakan tanaman dengan cara sambung

BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam pembiakan atau penggandaan tanaman dapat kita kenal salah satu metodenya yaitu penyambungan. Penyambungan dapat mempunyai arti lain dari pada pembiakan vegetatif lainnya, di karenakan ketika tanaman yang tidak dapat dibiakan secara cangkok, stek, merunduk atau lainnya dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan metode penyambungan inilah tanaman tesebut dapat di biakkan. Seperti pada berbagai tanaman buah-buahan yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di lakukan penyambungan (enten) dan penyusunan, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. misalnya pada manggis, blimbing, dan lain sebagainya. Dilakukannya penyambungan itu pun harus mempertimbangkan beberapa faktor, faktor-faktor tersebut baik yang dating dari tanaman itu sendiri seperti hubungan kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai batang atas dengan tanaman ynag digunakan sebagai batang bawah. Dan faktor lain yang harus dipertimbangkan juga adalah faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan yang mencangkup pemotongan dan pemeliharaan sambungan.
Proses penyambungan ini juga merupakan warisan budaya dari leluhur kita, di karenakan keberadaan proses ini tidak memerlukan cara yang rumit serta alat dan bahannya pun dapat mudah di temukan serta murah. Oleh karena itu proses pembiakan jenis ini dapat di pilih sebagai solusi ketika perekonomian pas-pasan dan tidak di mungkinkannya tanaman untuk di biakan dengan cara lain selain menyambung itu sendiri.
Jadi pada proses penyambungan merupakan salah satu jenis alternatif yang dapat dilakukan ketikan tanaman tidak dapat di kembangbiakan secara vegetatif selain penyambungan itu sendiri. Karena apabila proses penyambungan tidak di lakukan maka regenerasi bagi tanaman tersebut tidak dapat dilakukan, sehingga dapat mengakibatkan kepunahan secara cepat dari pada tanaman tersebut.

1.2   Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    memeahami bahwa cara sambung adalah salah satu bagian dari perbanyakan suatu tanaman.
2.      Melakukan perbanykan tanaman dari berbagai jenis tanmanan dengan cara sambung.
3.      Mengerti dan mampu tentang begaimana cara yang benar dalam menyambung dari berbagai jenis tanaman.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2007).
Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. Beberapa cara pembiakan aseksual lain, pada potongan yang disambungkan tidak terjadi regenerasi organ-organ baru tetapi merupakan suatu kesatuan dengan batang yang berakar tadi. Batang berakar tempat potongan di sambungkan di sebut tanaman bawah. Akar kadang-kadang juga digunakan sebagai tanaman bawah. Potongan-potongan yang disambungkan disebut tanaman atas, atau tunas okulasi. Seluruh bagian atas dari tanaman bawah dibuang dan digantikan dengan tunas okulasi atau tanaman bawah. Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar di perbanyak dengan setek, runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di perbanyak dengan penyambungan dan penyusunan, misalnya pada manggis, belimbing dan sebagainya (Rahardja, 2003 ).
Pertautan sambungan juga ditentukan kompatibilitas antara batang bawah dan entris sebagai batang atas. Dari hasil pengamatan tidak terlihat adanya gejala inkompatibilitas antara batang bawah dengan batang atas. Inkompatibilitas adalah keadaan kegagalan batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan. (Saefudin, 2009) Gejala-gejala inkompatibilitas diantaranya adalah kegagalan membentuk sambungan dalam persentase yang tinggi, daun menguning, pertumbuhan vegetatif menurun, mati pucuk dan tanaman merana, tanaman mati belum pada waktunya, perbedaan nyata dalam kecepatan tumbuh atau ketegapan tumbuh antara stock (batang bawah) dan scion (batang atas), dan perbedaan pertumbuhan pada sebagian batang atas atau sebagian batang bawah sambungan (Hamid, 2011).

Dalam menyambung, perlu diperhatikan bahwa daerah kambium tanaman bawah letaknya harus sangat dekat dengan kambium tanaman atas. Atau juga dapat di artikan sebagai kambium antar kedua sambungan antara tanaman atas dan tanaman bawah menempel satu sama lain, akan tetapi dalam praktiknya hal ini jarang sekali terjadi. Baik tanaman bawah maupun tanaman atas membentuk kakus. Jaringan kakus dari kedua tanaman tersebut akan bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan antar kedua kambium, yaitu kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas. Dari sumber kambium tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan mineral secara kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa gangguan (Adinugraha, 2007).
Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting). Adapun kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : (1) umur berbuah lebih cepat. (2) Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya. (3) diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (entris, scion) yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan. 296 Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan metode grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris). (2) faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari), dan (3) faktor keterampilan orang yang melakukan grafting (Tirtawinata, 2003). Panjang entris berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entris diharafkan makin banyak pula cadangan energinya. Sedang kondisi cuaca atau waktu pelaksanaan grafting berkaitan dengan tingginya laju 297 (Tambing, 2008).
Menyambung yang paling berhasil diperoleh jika dilakukan antara dua tanaman yang berkerabat dekat, biasata antar satu spesies. Bagaimanapun juga, bahkan yang hubungan kekeluargaannya dekat, sering kali tidak berhasil menyatu dan sambungan tidak berlangsung. Sekalipun demikian, menyambunga antar spesies yang berbeda dalam satu famili tidak jarang dilakukan, seperti pada tanaman tomat yang disambung pada takokak. Sebagai contoh, tomat pada kentang, salada dan kol; menyambung antar famili yang berbeda juga pernah berhasil (Rahardja, 2003).


BAB III. METODELOGI

3. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunkan dalam praktikum ini yaitu :

·         Tanmana bunga ashoka
·         Plastik pembungkus
·         Plastik pngikat
·         Spidol permanent
·         Pisau okulasi



3.2 Langkah Kerja
Metode pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Dipilih bahan sambung yang mempunyai umur hampir sama antara batang atas dan batang bawah, dibuat potongan pada batang atas maupun batang bawah dengan bentuk sambungan baji atau baji terbalik.
2.      Dimasukkan batang atas yang telah dibuat bentuk sambungan tadi kedalam batang bawah
3.      Diikat pada bagian sambungan dengan menggunakan plastik dan diusahakan tidak tergeser sambungan yang diikat.

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada acara praktiku perbanyakan tanman dengan cara  sambung di lakukan pada taman laboratorium agronomi yaitu pada bunga ashoka yang berwarna merah dan kuning. Dimana madsud dari teknik sambung ini yaitu untuk menyambungkan batang atas dan batang bawah dari dua jenis tanaman yang berbeda namun masih terkait spesies yang sama. Pada percobaan ini digunakan bunga ashoka yang berwarna kuning sebagai batang bawah dan bunga warna merah sebagai batang atas.
Pemilihan batang atas dan batang bawah yaitu dipilih ukuran batang atas dan bawah yang hampir sama diameternya. Batang atas yaitu batang yang telah tua namun tidak teralu tua dan batang atas dipilih batang yang masih hijau atau masih muda.
Disini digunakan teknik  kail atau V. Diaman, pada batang bawah dibuat seperti huruf V dan pada batang atas di buat seperti huruf V terbalik, sehingga antara kambium batang bawah dan batang atas dapat menyatu dengan erat, seperti yang dijelaskan oleh (Adinugraha, 2007) bahwa, dalam menyambung, perlu diperhatikan bahwa daerah kambium tanaman bawah letaknya harus sangat dekat dengan kambium tanaman atas. Atau juga dapat di artikan sebagai kambium antar kedua sambungan antara tanaman atas dan tanaman bawah menempel satu sama lain, akan tetapi dalam praktiknya hal ini jarang sekali terjadi. Baik tanaman bawah maupun tanaman atas membentuk kakus. Jaringan kakus dari kedua tanaman tersebut akan bertemu, bersatu dan membentuk kambium baru dengan jalan mempersatukan antar kedua kambium, yaitu kambium dari tanaman bawah dan kambium dari tanaman atas. Dari sumber kambium tersebut maka akan menghasilkan bahan makanan, air, dan mineral secara kontinyu antara tanaman bawah dan tanaman atas yaitu tanpa gangguan
Percobaan ini hanya dilakukan satu buah sambungan, dimana hasil akhir yang dapatkan yaitu tanaman mengalami mati pucuk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang terampilnya dalam melakukan sambungan seperti pada penyayatan batang atas dan batang bawah yang tidak pas sehingga kambium antara batang atas dan batang bawah tidak menyatu, pada saat pengikatan terjadi pergeseran antra batang bawah dan batang atas yang tadinya telah disusun menjadi tidak menyatu, dan juga disebabkan oleh lingkungan yang pada saat melakukan praktikum dalam kondisi cuaca yang sangat panas, sehingga cepat terjadi evapotranspirasi yang menyebabkan batang atas cepat kehilangan air.


BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
-          Sambung merupakan salah satu bagian dari berbagai perbanyakan sauatu tanmaan.
-          Dapat dilakukannya perbanyakan tenaman dari berbagai tanaman dengan cara sambung seperti, tanaman hias (bunga ashoka).
-          Cara yang benar dalam menyambung yaitu dengan membuat potongan seperti huruf v dan v terbalik untuk ujung atau pangkal batang bawah dan pangkal batang yang akan disambung.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini mendapatkan kegagalan dalam percobaan penyambungan, hal ini disebabkan salah satunya yaitu belum  terampilnya praktikan dalam melakukan teknik kerja yang baik dan benar, sehingga harapannya untuk kegiatan berikutnya sebaiknya praktikan lebih mempelajari terlebih dahulu taknik-teknik kerja dan melakukannya pada tanman lain yang jika mengalami kegagalan tidak akan menyebabkan kerugian yang besar.

Daftar Pustaka

Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. World Agroforestry Centre :Bogor.
Hamid, N Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 – 104.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka : Surabaya
Saefudin. 2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan Tanaman Jambu Mete. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Vol. 1(7) : 150 – 155.
Sukendro, Andi. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K. with Grafting. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 – 10.
Tambing, Y. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga Dengan Waktu Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. Jurnal Agroland. Vol. 15 (4) : 296 – 301.












Lampiran











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar setelah melihat blog, setidaknya ucapkan terimakasih setelah anda mengcopas artikel saya

LAPORAN TPTH JAGUNG MANIS

  LEMBAR PENGESAHAN Pengaruh beberapa tingkat dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis Oleh SHOL...